Tepat pada hari ini, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 memasuki usia 100 hari kerja. Lantas bagaimana kinerja keduanya?
Meski memenangi suara di atas 50 persen pada Pilkada DKI Jakarta kemarin, ternyata tak menjamin mulusnya kepemimpinan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Hingga 100 hari kerja saat ini, masih banyak masalah yang menghampiri mereka.
Untuk ukuran 100 hari saat ini pun tampaknya juga tak memuaskan. Banyak kebijakan yang dijanjikannya belum terealisas. Bahkan cenderung banyak yang tak sesuai.
Hal itu diamini oleh beberapa pihak seperti pengamat kebijakan publik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Erwan Agus Purwanto, yang mengatakan bahwa 100 hari kerja realisasi janji kampanye Anies-Sandi dinilai kurang memuaskan.
Dibandingkan dengan 100 hari masa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur sebelumnya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) begitu terasa timpangnya. Jelas saat ini terasa banyak yang kurang memuaskan.
Misalnya, pada era Jokowi-Ahok,100 hari kerja pertama diisi dengan meletakkan pondasi pemerintahan yang kokoh untuk ke depannya. Pada masa 100 hari kerja, mereka berhasil menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) buruh dari 1,6 juta menjadi 2,2 juta per bulan.
Terkait hal itu, berbanding terbalik dengan masa kepemimpinan Anies-Sandi. Belum sebulan menjabat, mereka sudah didemo ribuan buruh karena menetapkan upah yang sangat rendah. Anies-Sandi hanya menaikkan UMP sebesar 200 ribu rupiah.
Bahkan dalam pernyatannya di media massa, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) merasa hanya menjadi komoditas politik Anies dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Serupa dengan itu, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akhirnya mencabut mandat mereka untuk Anies-Sandi. Pimpinan aksi tersebut, Â Said Iqbal mencap pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sebagai pembohong.
Di bidang transportasi, era Jokowi-Ahok cenderung meneruskan kemajuan dan perbaikan yang sudah dicapai sebelumnya. Mereka meneruskan proyek MRT yang digagas oleh Fauzi Bowo yang sempat mangkrak. Tak hanya itu, pasangan Jokowi-Ahok juga memperkuat infrastruktur Transjakarta.
Berbeda dengan dulu, Gubernur Anies saat ini justru banyak mengoreksi kebijakan gubernur sebelumnya. Ia membolehkan sepeda motor di ruas jalan protokol, berencana mengoperasikan becak, juga masih dalam tahap ujicoba program OK Trip.
Paling fenomenal yaitu terkait penutupan Jalan Jatibaru di Tanah Abang. Ini bisa menjadi pembeda diantara masa kini dan sebelumnya.
Sebelumnya, Gubernur Jokowi dan penerusnya Ahok berusaha menata kawasan tersebut. Mereka merelokasi pedagang yang sebelumnya semrawut ke Blok G. Mereka juga berani berhadap-hadapan dengan para preman di sana.
Saat ini, setelah Gubernur baru terpilih dilantik, kawasan itu menjadi berantakan kembali. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) merajalela dan kembali berdagang. Menariknya, pemimpin Jakarta saat ini justru membolehkan itu dan menutup jalan tersebut untuk memfasilitasi mereka.
Hal itu membuat kekecewaan banyak pihak. Selain semakin ruwet, juga melanggar aturan yang berlaku. Tentunya juga merugikan banyak pihak, seperti sopir angkot yang kehilangan rutenya.
Saat dilantik kemarin, kita harus ingat bahwa Anies-Sandi membawa 23 janji politik yang diturunkan menjadi 154 program dan dirinci menjadi 473 kegiatan.
Sejauh ini baru beberapa yang berjalan. Namun itu pun menuai banyak kontroversi di 100 hari kepemimpinannya. Seperti program rumah 0 DP, program OK Trip, Oke Oce, penghentian reklamasi dan penutupan Alexis.
Beberapa kebijakan itu banyak yang belum tuntas, apalagi dikatakan sesuai rencana. Masih banyak yang 'bolong'.
Dengan demikian, bila kita dulu berharap Ibukota akan semakin maju tampaknya haru gigit jari. Karena yang ada merupakan sebuah kemunduran.
Momen 100 hari ini bisa menjadi indikator. Bila 100 hari kepemimpinan Jokowi-Ahok dulu kita optimis dan layak disebut 'pencapaian'. Maka, 100 hari kerja Anies-Sandi saat ini justru sebuah kemunduran.
Kita ingat betul, Jokowi-Ahok dengan tangan dinginnya mengurus kota Jakarta yang dulu semrawut itu. Sedangkan, Anies dengan tangan berlumpurnya malah mengeruk Kali Tegal Amba. Dan, Sandi dengan tangan lentiknya justru melambai pada PKL Tanah Abang.
Selamat datang, Ibukota Jakarta yang lama. Mundur kotanya, sedih warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H