Praktik politik seperti itu berdampak negatif karena semakin mengokohkan sentimen identitas dalam politik. Itu tentunya tak sesuai dengan asas demokrasi. Karena dalam sistem ini setiap orang dilihat memiliki kesempatan yang sama, tak memandang identitasnya apa.
Selain itu, eksploitasi sentimen agama dalam politik juga bisa berpotensi menimbulkan politik pecah-belah bangsa dan negara berdasarkan golongan identitas. Inilah yang sebenarnya paling berbahaya dari cara berpolitik yang sering digunakan oleh para Alumni 212 dan partai politik sekutunya.
Mari ke depan, kita jaga dan rawat keberagaman bangsa Indonesia ini. Jangan sampai kita dipecah-belah hanya karena nafsu segelintir orang yang ingin berkuasa, namun menggunakan cara kotor dengan memanfaatkan sentimen agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H