Perubahan sikap atas pilihan politik bisa saja terjadi, tidak hanya pada pendukung biasa, bahkan pada seorang militan sekalipun. Hal itu yang terjadi pada Herry Tjahjono.
Pada Pemilu Presiden 2014 lalu Herry Tjahjono merupakan pendukung militan Prabowo Subiyanto. Namun ternyata seiring bergantinya waktu, berubah pula pilihan politiknya.
Banyak faktor yang membuat seseorang berubah pilihan politik. Namun bagi Herry Tjahjono, pengabdian dan kinerja Presiden Jokowi untuk rakyat Indonesia yang membalikan hatinya.
Menurut Herry Tjahjono, Joko Widodo benar-benar belajar menjadi seorang Presiden yang baik dan benar. Hal itu dilakukannya tidak hanya pada pemikiran saja, tapi juga dengan hati.
Presiden Jokowi sangat rendah hati dan tidak mudah dendam. Meski telah dilecehkan sampai tandas.
Beberapa hal di atas yang membuat hati seorang Herry Tjahjono berpaling.
Berikut surat terbuka Herry Tjahjono, seorang mantan pendukung Prabowo Subiyanto pada Pilpres 2014 lalu.
--------------------
SURAT TERBUKA UNTUK PRABOWO
Dear pak Prabowo,
Saya dulu memilih bapak, bukan pak Jokowi. Di mata saya waktu itu, bapak adalah jendral yang perkasa, ksatria, pintar, dan mampu memimpin bangsa ini.
Ketika bapak kalah saya sempat sedih dan kecewa, apalagi hanya terpaut sedikit. Semakin terluka ketika saya melihat bapak sempat sujud syukur atas 'kemenangan' bapak. Namun saya segera bangkit, sebab waktu itu saya yakin bapak adalah jendral ksatria yang akan menerima kekalahan dengan legowo lalu kembali berjuang untuk bangsa dan negara - dengan cara yang berbeda.
Namun waktu adalah penguji hati manusia yang sesungguhnya. Pak Jokowi, seiring perjalanan waktu dan sesuai amanah yang diembannya - sungguh berjuang bagi bangsa dan rakyatnya. Pak Jokowi belajar menjadi seorang presiden yang baik dan benar  - bukan saja dengan otaknya - tapi dengan hatinya.
Kerja, kerja, kerja yang sering dilecehkan itu dia jalankan tanpa kenal lelah. Maka hasilnya nyata, tingkat kepuasan rakyat terus meningkat. Dia kerjakan semuanya dengan hati. Itu yang membuat saya memalingkan hati saya pada pak Jokowi. Maaf pak, saya berpindah ke lain hati.
Saya  tidak mau suuzon apapun kepada bapak. Saya juga tak mau melecehkan bapak, meski tak sedikit yang melakukan itu kepada bapak. Saya ingin belajar dari pak Jokowi, presiden saya - yang tak pernah membalas meski dilecehkan sampai tandas. Dia tetap menghormati siapapun, bahkan termasuk bapak.
Saya akan tetap menghormati bapak sebagai sesama rakyat, sesama manusia - meski bapak suka 'menyindir' presiden saya. Masa bantuan kemanusiaan ke Rohingya bapak bilang pencitraan ?
Saya hanya mau bertanya melalui surat ini, masihkan bapak mencintai negeri ini dan mendahulukan pesatuan bangsa di atas lainnya - termasuk ambisi bapak untuk sebuah kekuasaan dan kursi presiden ?
Bapak tak perlu menjawabnya, cukup bapak simpan dalam hati bapak sendiri jawaban itu.
Pada 2019 nanti, hati saya telah berpindah ya pak. Bukan karena saya manusia yang tak setia, tapi saya tak mau kesetiaan buta - seperti beberapa orang yang menerapkan prinsip : the boss can do no wrong ..terhadap bapak.
Tetap sehat dan semangat pak.
God bless you pak...
Salam hormat saya,
Herry Tjahjono, rakyat yang menghormati presidennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H