Pilpres 2019 nanti adalah penentuan masa depan millennials Indonesia. Jadi seharusnya tidak hanya memilih karena ikut-ikutan dan takut kehilangan eksistensi lagi, tapi harus teliti dan mulai melakukan riset pribadi.Â
Mulai melakukan perbandingan dengan indikator basis data digital, mencari tahu kebenaran dibalik berita yang berseliweran di smartphone kita.
Di era digital seperti saat ini semua serba canggih, Â harusnya research lebih banyak. Apalagi tahun politik. Ini tentang pilihan masa depan bangsa. Lihat indikator maju tidaknya negara, infrastruktur? Lihat pendanaannya, cari tau apa itu swastanisasi, sebab banyak media kini lebih terlihat seperti brosur dan humas pemerintah saja.
Coba sesekali browsing informasi data di : katadata.co.id atau www.bps.go.id lihat perbandingan dari tahun ke tahun, kemudian cari kesimpulan sendiri.
Jangan hanya terpesona kata-kata selebtwit dan selebgram yang selama ini pura-pura non politik tapi ternyata diam-diam jadi buzzer politik, yang biasanya pada akhirnya ternyata massif lakukan propaganda.
Kita jangan lagi mau dibegoin dengan drama drama renyah, sampai mulai bonsai jiwa kritis anak muda. Millenials dicekoki drama receh.Â
Perkara defisit migas mana tau, perkara current account defisit mana dishare, berita hak guru honorer sampai rintihan petani karet, kelapa, beras, dan peternak, mana mau mereka dengar. Ya lini masa terlalu "lebay" hingga mematikan limbik sistem.
Info sesat juga massif dipropagandakan akun akun "setan" digital ini. "Jualan fear mongering", coba ingat bagaimana linimasa kita ketika era pilkda DKI Jakarta, bahwa Jakarta akan jadi kota radikal, akan jadi suriah berikutnya, akan jadi tempat ISIS berkembang biak dan lainnya. Â
Faktanya!! Sampai saat ini dijalan-jalan dan mall masih banyak yang hobi pakai celana gemes, rok sama stoking juga masih banyak.
Apakah kita para millenilas membaca berita bahwa kondisi Pertamina memprihatinkan? Defisit migas, industri baja nasional diserbu baja impor? Bahwa negara kita jadi importir gula terbesar di dunia? Bahwa periode terakhir ini Garuda rugi, dan BBM naik 12 kali? Yahh... terlalu banyak hal receh yang membius di lini masa social media hingga belum tau kabar terkini tentang BPJS dan Jiwasraya.
Celakanya juga kita tidak cari tahu lubang cadangan devisa tergerus dan akhir-akhir ini meningkat karena surat berharga negara dilelang dengan bunga tinggi?
Masih mau jadi korban fear mongering? Ditakut-takutin sama antek-antek yang bikin utang negara bertambah, petani sengsara, usaha retail banyak tutup, antek rekor korupsi, juara di 2018. Lebih parah dari sekedar orba, keluar dari mulut yang dikit-dikit orba.Â
Janji tidak impor pangan, gak taunya di saat panen raya impor, 2,1 juta stok beras terbesar selama 10 tahun, tapi ternyata 1,7 jutanya beras impor, defisit neraca perdagangan terparah sejak 1975, Terus ditakut-takutin orba? Hadeh, jangan mau jadi Millenials Otak Kolonial.Â
Mulai cari data dan tarik kesimpulan kenapa harus impor, apa dampaknya, dan jadikan patokan memilih pemimpin April nanti.
Apa iya ekonomi sulit? Cek indikatornya, tanya mereka yang aktif dan bergerak di sektor UMKM. Tanya gimana sulitnya tagihan di Bank, fenomena tutupnya retail di sejumlah wilayah, juga gelombang PHK tidak dikabarkan media, cari tahu tentang tanah rakyat yang diambil korporasi berkedok pembangunan.
Cukuplah, mari jadi millennials cerdas, memilih masa depan karena keyakinan dan data bukan karena hanya ikut-ikutan apalagi hanya jadi korban meme dan WAG, lets think smart!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H