Freedom Of Harmony adalah suatu tema dari pameran lukisan yang menampilkan karya-karya dari 40 pelukis yang tergabung dalam Komunitas K3 di Jakarta dan di selenggarakan pada tanggal 23 Agustus 2022 dalam rangka memperingati HUT ke -77 RI. Bersama itu juga hadir sejumlah kepala daerah seperti Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, Bupati Majalengka, Karna Sobahi, dan Wakil Wali Kota Tegal, M. Jumadi yang akrab di panggil Pak MJ. Namun yang menjadi sorotan saya adalah hadirnya politikus Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) Hasto Kristiyanto.
Berawal dari saya menerima panggilan telepon dari wakil walikota Tegal yang akrab disapa pak MJ, beliau meminta saya untuk menemani di dalam kegiatan beliau untuk menghadiri pameran lukisan tersebut.
Pameran lukisan itu diselenggarakan di Grand Cempaka Bussines Hotel tepatnya di kota Jakarta, di mana di sudut lobi hotel tersebut telah terpajang beberapa lukisan karya dari 40 pelukis tanah air yang membuat saya kagum dan ini adalah awal pertama kali saya menghadiri sebuah pameran lukisan di indonesia karena biasanya saya lebih sering menghadiri acara-acara yang bertemakan musik.
WAWASAN BARU
saya mendampingi pak MJ di sela-sela kunjungannya tersebut, beliau memberikan Ketika saya kebebasan untuk melihat karya lukisan dari para seniman lukis dan berdialog secara langsung dengan para seniman lukis tersebut meski sebetulnya saya sendiri merasakan keraguan, mampu apa tidaknya saya berdialog, hehehehe...
Pergerakan saya dalam melihat karya-karya dari para seniman lukis tersebut sedikit canggung dengan adanya beberapa rekan wartawan yang meliput pameran seni lukis itu, ya tentu karena hadirnya beberapa elit politik di pameran seni lukis tersebut, terutama pandangan para wartawan itu tertuju kepada politikus Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) Pak Hasto Kristiyanto.
Dengan sangat perlahan dan penuh tanda tanya juga, saya memandangi beberapa lukisan yang terpajang. Ada lukisan Bung Karno, Ibu Fatmawati, pemandangan, harimau, kuda, dan beberapa lukisan yang mungkin bertemakan perjuangan. Di saat saya memperhatikan karya-karya lukis itu, tentunya ada komunikasi atau dialog dengan pelukisnya dari tiap-tiap lukisan yang saya lihat.
MENARIK
Banyak hal yang menarik dari apa yang saya alami selama mendampingi Pak MJ di pagelaran seni itu, selain saya mendapatkan pengetahuan baru mengenai seni lukis dan yang terpenting buat saya adalah mendapatkan penjelasan dari setiap lukisan yang di pajang, langsung dari pelukisnya tentang apa makna di balik lukisan tersebut.
Seketika mata saya tertuju kepada lukisan yang menurut saya sangat menarik. Dalam lukisan tersebut ada sosok presiden kita yang sekarang IR.JOKO WIDODO atau dikenal dengan sebutan Pak Jokowi. Di sebuah kanvas itu Pak Jokowi memakai jas pada umumnya seorang presiden, tapi yang menarik di sini adalah Pak Jokowi memegang pistol, seolah siap menembak.. Wooow, ada apa ini..?
Muncul teka -- teki dalam fikiranku mengenai lukisan Pak Jokowi tersebut, mengapa harus memegang pistol dan mengapa lukisan tersebut diberi judul "Bongkar" Hmmmm.., lumayan pedes juga sih karya lukis ini. Lalu rasa penasaran saya semakin memuncak dan memberanikan diri bertanya langsung kepada sang seniman lukis tersebut yang bernama Pak Edi Markas. Dengan sikap ramah sang seniman lukis tersebut menjawab pertanyaan yang saya utarakan. Menurut sang seniman itu, mengapa dia melukis Pak Jokowi memegang pistol adalah "Indonesia itu sebelum periode Pak Jokowi itu, kan, carut-marut, ya. Banyak korupsi, KKN, yang gitu-gitulah. Dengan adanya Pak Jokowi, Pak Jokowi memberantas itu termasuk birokrasi dipangkas". Setelah mendapatkan jawaban tersebut, perasaan saya semakin kacau karena pasti akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain dari rekan-rekan media yang memang sedang meliput pagelaran seni lukis itu ditambah hadirnya Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDI-Perjuangan) Pak Hasto Kristiyanto. Dag dig dug nih hati saya ( ungkap dalam hati ).
NETIZEN
Rasa cemas akan seperti apa nanti kalau lukisan Pak Jokowi memegang pistol itu menjadi bahan nyinyiran para komentator di semua media sosial. Pasti berita lukisan tersebut akan cepat tersebar karena belum tentu cara berfikir orang itu sama. Pasti ada yang suka dan tidak suka dengan lukisan tersebut, apa lagi dibandrol dengan harga 20 juta rupiah, wooooow...
Akhirnya, ada rekan media yang mempertanyakan atau meminta pendapat kepada Pak Hasto perihal lukisan Pak Jokowi itu. Dengan santai dan tenang baliau (Pak Hasto) menjawab pertanyaan dari rekan media seperti ini, "Ketegasan dari Pak Jokowi. Ini dalam pandangan saya itu diperlukan dan sangat penting di dalam menjaga ketertiban sosial dan menegakkan hukum. Jadi, bukan pistol adalah pengertian untuk bertindak otoriter, tetapi sebagai bentuk simbolisasi dari mana para seniman mengekspresikan sosok presiden itu sebagai sosok yang tegas, sosok yang membangun tertib sosial, melalui penegakkan hukum itu,"..
VIRAL
Setalah sesi wawancara selesai, saya kembali bertugas mendampingi Pak MJ dengan selalu mengabadikan Pak MJ melaui ponsel beliau, yang memang saat itu beliau mempercayakan saya untuk selalu mengabadikannya dengan foto dan video, baik itu ketika pak MJ bercengkrama dengan rekan elite poitik lainnya di pemerintahan atau sedang berdialog dengan rekan-rekan seniman lukis di tempat pameran seni lukis itu digelar, termasuk dengan sekjen dari PDIP, yaitu Pak hHsto Kristiyanto.
Tak lama berselang Pak MJ memanggil saya dan berpamitan untuk kembali melakukan perjalanan pulang ke kota Tegal, bersamaan dengan Pak Hasto (Sekjen PDIP), Pak Karna (Bupati Majalengka) dan Pak Tri ( plt. walikota Bekasi). Akhirnya saya pun ikut menyusul pulang kembali ke rumah.
Selang sehari setelah acara pameran seni lukis itu, waaaaaaw..., betul saja  dugaanku kalau lukisan Pak Jokowi tersebut menjadi viral di medsos, jadi tranding topic di google, bahkan muncul beberapa unggahan di youtube perihal lukisan Pak Jokowi memegang pistol tersebut. Mulailah muncul polemik dalam unggahan video tersebut, ada beberapa komentar yang memberi tanggapan biasa saja dan komentar-komentar lainnya yang mungkin lumayan rada pedes juga sih.. tentunya kritikan-kritikan yang luar biasa tajamnya itu, seolah membalas tanggapan dari Sekjen PDIP tersebut, di antaranya ada beberapa dari netizen mempertanyakan ketegasan Pak Jokowi dan merespon tanggapan Pak Hasto dengan berbagai sindiran, "Itu hanya sebuah lukisan, Pak."
SUDUT PANDANG
Hal yang wajar bila respon masyarakat seolah mempertanyakan tanggapan dari Pak Hasto perihal lukisan Pak Jokowi itu, karena mungkin tidak semua masyarakat Indonesia menerima baik dengan tanggapan dari Sekjen PDIP tersebut. Saya selaku penulis yang memang pada saat itu sedang mendampingi Pak MJ dalam pameran seni lukis itu mencoba untuk memberikan pendapat dari sudut pandang saya pribadi perihal lukisan Pak Jokowi memegang pistol yang akhirnya menjadi tranding topic di google dengan berbagai komentar dari masyrakat Indonesia.
Menurut saya, mari kita sama-sama menjadi bijak. Apapun pendapat kalian buat saya sah-sah saja, begitu pun tanggapan dari Pak Hasto atau pun pendapat dari si pelukis itu sendiri, buat saya sah- sah saja. Intinya di sini, ayo kita sama-sama belajar untuk menghargai sebuah karya seni tersebut, apa lagi ini pelukis dari tanah air kita sendiri. Apa pun karya dari para seniman lukis tersebut patut kita acungkan jempol dan menghargai karyanya dengan memberikan apresiasi yang luar biasa. Intinya di sini kita pasti memiliki harapan yang sama, agar Indonesia lebih baik lagi ke depannya dan seterusnya. Buat saya pribadi, menghargai suatu karya seni itu tidak harus terfokuskan dengan berbedannya sebuah tanggapan tapi bagaimana sikap kita dalam memberikan suatu penghargaan dari sebuah karya seni... Salam satu nusa satu bangsa...
By : Chevy Hendriana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H