Mohon tunggu...
cepi hendriana
cepi hendriana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya di juluki chevygutawa sama teman2 saya,karena dalam pandangan mereka saya mampu membuat tulisa dan menjadikannya sebuah lagu

berkarya terus meski keterbatasan masih di sekitar kehidupan kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Gelap Jakarta Part 2

15 Maret 2022   16:48 Diperbarui: 15 Maret 2022   16:50 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2009 awal aku berkenalan dengan hiruk pikuk kota jakarta,tersusun rapi tiap kenangan di tanah kelahiranku sebuah kota kecil yang selalu singgah dalam alam fikirku.Bermodalkan tekad dan semangat seperti akar yang tertancap kokoh di padang tandus, Debu dan angin menembus celah -- celah kecil yang terbuka..,sesekali beriringan dan sesekali terpisah..,karena getaran yang beradu..

Ribuan bahkan mungkin juta'an keluh kesah singgah dan menepi walau hanya sebentar..,suara mesin - mesin terdengar sayup menjauh meski kadang memecahkan titik terkecil di telingaku saat mendekat..

Ratapan wajah tersenyum melintas dengan ekspresi yang berbeda -- beda sudah menjadi lukisan abstrak yang setiap hari ku lihat..tatapan mata membulat dan tajam sering ku lihat dikala langit jakarta berubah menjadi gelap..

Hmmmm...kadang aku merasakan seperti berada dalam sebuah lingkaran yang penuh dengan perangkap..,mungkin mereka yang sering ku lihat merasakan hal yang sama...??

Apakah yang terjadi jika langit di jakarta selalu gelap..,bahkan kunang -- kunang pun enggan untuk terbang dan membawa untuk menebar cahaya -- cahaya kecilnya..,Lentara -- lentera pun  hanya mampu jadi penerang bagi kaum -- kaum yang beratap benang sutra..,

Pujian wajah -- wajah yang lapar sudah terbiasa menjadi bagian- bagian sesaknya jakarta..,lantunan lagu topeng-topeng yang kenyang membuncit terpatri diatas tanah kota jakarta..,hmmmm..,kini lelah itu berpijak di otakku..,kebaikkan tertanam lembut seketika bisa merubah pola fikir menjadi kasar...,keburukkan menjadi samar karena tercampur dengan semak belukar beralaskan permadani dan berlian..tawa dan tangis barwujud sama..kepedihan tersayat halus dengan hiburan hati..

Hmm...,aku terhenti sejenak teringat harapan dan doa meraka,apakah putranya bisa bertahan?

Tetesan keringat dan air mata semakin berderai membasahi peluh tanpa menghilangkan dahagaku,mereka yang disana ayah dan ibuku selalu meminta kepadaNYA agar aku terwujudkan segala mimpinya,jawabku  dalam tangis semoga DIA memberi kemudahan.

Detik berganti menit dan jam tak terasa berputar terus,terpikul beban ini semakin menindih,tatapan kosong terpukul keras kurasakan,sirine bergema di antara iring-iringan mobil mewah yang terkawal sigap membongkar deretan kendaraan lainnya yang mungkin terburu waktu,menyerah karena keadaan yang terpaksa atau sekedar toleransi,berjuta pertanyaan merasuki nafsu membenci,seringkah ini terjadi di jakarta ?

Ku leburkan pertanyaan itu melalui sel-sel kebisuan,sulit terlalu riskan di ucapkan,ketakutan yang membelenggu terpenjara ketika melihat kenyataan antara adil dan di adili,meski kadang masih tersisa pecahan-pecahan misteri yang tersirat,cukup di simpan dan cari aman.

Sekarang aku tinggal menapaki langkah demi langkah dan terus merangsang kesadaranku dengan jauh dari kata"MUNDUR",pahitnya dan asamnya harus bisa ku nikmati tanpa keluh kesah,luka dan duka harus bisa terus di terima dan pasang badan dengan iman demi sebuah harapan,biarkan tubuh ini menjadi kanvas yang selalu ikhlas ketika ratusan bahkan mungkin jutaan pelukis mulai berkarya.warna demi warna biarkan menghias,garis demi garis biarlah tergores,lihat dan rasakan hasil apa yang di dapat nanti..

Waktu semakin berputar tanpa rem,sudah ku renungkan dalam angan ini,adakalanya aku sedikit memaksa untuk mengerti..,malam-malamku berjalan tanpa menjauh dari keinginan yang sudah terlanjur beku,nyanyian langit gelap jakarta sudah menjadi bagian dalam jiwa dan ragaku,cahaya matahari seolah enggan dan menghilang menjauhi selaput-selaput kecil bingkai kehidupan malam di jakarta,tiada setitik sinarnya bersedia menembus celah-celah atapnya..,langit gelap jakarta itu yang tertulis tebal dalam halusinasiku..,jauh terlalu jauh ku tuangkan air liur untuk sebuah harapan..,dimana tiap jemariku beradu argumen,terpotret jelas makna sebuah solusi yang sulit dan di cari pintu keluarnya..Namun ketika senyuman mereka disana terlintas dalam fikirku,akhirnya kembali ku bangun dan berlari,meski kedua kakiku tertapak diantara duri-duri tajam dan bara-bara api,jangan sampai senyuman itu berubah menjadi tangis dan menyakiti...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun