Mohon tunggu...
Cep Ayi Fitriana
Cep Ayi Fitriana Mohon Tunggu... Insinyur - ASN Pemkab Garut

Pelayan Rakyat, hobby bersepeda dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rumah Sakit Humanis

26 Januari 2020   19:12 Diperbarui: 26 Januari 2020   19:37 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infobimteknasional.co.id

Apa yang anda bayangkan dengan kata Rumah Sakit? Sampai saat ini juga penulis tidak habis pikir kenapa dinamakan Rumah Sakit? Kenapa bukan Rumah Sehat atau Rumah Penyembuhan? Dan masih banyak istilah lain yang mungkin lebih "masuk akal".

Terlepas dari istilah Rumah Sakit yang penulis jadi bingung sendiri, keberadaan Rumah Sakit yang ingin penulis bahas adalah RS milik pemerintah baik RS Umum Pusat (RSUP) milik pemerintah pusat atau RS Umum Daerah (RSUD) milik pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Untuk selanjutnya RSUP dan RSUD penulis singkat menjadi RS.

Hadirnya negara dengan pemerintah yang memiliki aparat dalam bidang kesehatan baik dari tingkat pusat sampai daerah adalah kewajiban untuk melayani masyarakat diantaranya memajukan kesehatan rakyatnya. Kalau begitu, kenapa hadir pelayanan kesehatan swasta? Itu tandanya pemerintah masih punya masalah.

Munculnya RS yang memiliki sarana terlengkap bahkan bertaraf internasional termasuk milik swasta bukan menjadi ukuran tingkat kesehatan masyarakat, karena hakikatnya tercapainya masyarakat yang sehat adalah sepinya tempat layanan kesehatan termasuk RS.

Pernahkah ada orang yang sengaja datang ke RS secara iseng, atau main-main karena tidak ada kerjaan di rumah, atau sengaja piknik ke RS? Orang dengan gangguan jiwa kalau seperti itu. Bagi sebagian orang datang ke RS atau baru bicara saja yang terbayang adalah tempat yang seram.

Bahkan ini kejadian nyata saat penulis mendampingi istri di RS pada malam Jumat sekitar September 2019 pernah pesan makanan via layanan online untuk dikirim ke RS mungkin karena yang dipesan sate, drivernya melakukan pembatalan karena dia bilang takut masuk RS.

Artinya orang yang datang ke RS itu, pasti dia merasakan sakit dan tengah berusaha mencari upaya penyembuhan walau dia tahu bahwa urusan sembuh adalah urusan Tuhan, karena Tuhan akan membenci makhluknya yang tidak melakukan upaya atau ikhtiar.

Sebuah RS tentu melibatkan banyak pihak, dari manajemen, tenaga medis, obat-obatan, peralatan, tenaga pendukung lainnya termasuk katering, cleaning service, satpam sampai tukang parkir punya peran penting pada level dan tempat masing-masing.

Pasien yang datang ke RS tentu dengan karakter yang berbeda-beda, ada yang ingin menyendiri hanya ditemani keluarga terdekat saja namun adapula selalu ingin ditemani keluarga atau bahkan ingin dikunjungi selain keluarga juga tetangga.

Pentingnya keluarga terdekat yang senantiasa hadir mendampingi bisa menjadi penyemangat pasien, tapi tidak sedikit RS yang senantiasa membatasi kehadiran mereka dengan tidak menyediakan tempat yang representatif. Pasien yang penulis bahas ini tentunya untuk pasien yang tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus secara medis.

Kembali ke RS milik pemerintah, penulis sedikit ingin bahas adalah RS yang tidak melakukan layanan pada hari libur misal pada hari Sabtu dan Minggu dan/atau pada hari libur nasional. Sebagai contoh yang ingin penulis bahas adalah diantaranya klinik tutup, dokter tidak visit, dan lain-lain sejenisnya tanpa mengabaikan peran pada beberapa bagian yang masih melayanai tanpa mengenal libur.

Penulis tidak habis pikir, karena yang sakit itu tidak mengenal waktu. Kalaupun hari Senin itu pasien membludak, ya karena beban pekerjaan hari Sabtu dan Minggu yang tertunda. Padahal kalau mau berinovasi secara hakiki, RS itu tidak pernah libur.

Kalau masalah ketersediaan karyawan yang terbatas ya tambah saja. Jadwal kerjanya diatur, yang penting pelayanan terus berjalan. Kalau sehat, pasien juga ingin pada hari Sabtu atau Minggu itu liburan, tidak pernah terbayang berkunjung atau malah terbaring di RS.

Bagi tenaga medis siapapun itu, bila ingin cuti ya cuti saja, bila tidak mau masuk kerja ya jangan, yang jelas kehadirannya berbanding lurus dengan pendapatan. Inti dari pekerjaan apapun itu yang utama adalah pengabdian, bukan hanya kepada sesama manusia tapi kepada Tuhan, kalau Tuhan saja sudah tidak jadi tujuan utama ya kita tidak lebih dari sekedar robot.

Sentuhan humanis di RS bagi siapa saja yang terlibat didalamnya adalah hal yang mutlak. Makanya aneh kalau ada tenaga medis misalnya yang tidak punya empati, padahal itu yang utama. Karena bukan karena alat dan obat saja yang bekerja tapi sisi kemanusiaan itu yang dibutuhkan pasien. Karena sekali lagi tidak ada seorang pun yang dengan tanpa tujuan datang ke RS.

Penulis membayangkan pada suatu saat, semua orang dapat menjaga kesehatan dengan baik sehingga rumah sakit sepi selain yang datang karena persalinan atau kecelakaan, maka tenaga medis termasuk dokter menyambut pasien di pintu RS layaknya seorang nasabah yang disambut di sebuah bank, terutama bank swasta seperti saat ini. Ya itu hal yang mustahil tapi siapa tahu suatu saat bayangan penulis itu bisa terwujud.

Kesimpulannya bahwa pelayanan di RS itu bukan hanya kelengkapan tenaga dan peralatan juga obat-obatan tetapi sentuhan humanis dari semua yang terlibat di dalamnya. Jangan sampai, sisi humanis atau rasa empati itu muncul setelah menyadari karena dia atau anggota keluarganya merasakan sebagai pasien.

Sekali lagi, urusan sembuh itu urusan Tuhan, tapi Tuhan meminta makhluknya untuk berusaha dan berupaya kembali sembuh supaya kembali jadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan beribadah untuk mengharapkan ridho-Nya.

Penulis memohon maaf apabila pada tulisan ini ada hal-hal yang kurang berkenan atau menjadi tersinggung, hanya sekedar curhat saja. Penulis juga sangat menghormati dan mengapresiasi pada semua pihak terutama yang bekerja pada sektor kesehatan yang telah mendidikasikan diri pada kemajuan kesehatan umat manusia secara umum dan rakyat Indonesia pada khususnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun