Mohon tunggu...
Central Futures
Central Futures Mohon Tunggu... -

Menjadi yang terdepan dalam industri perdagangan berjangka. Melalui pelayanan berkualitas dan program kerja yang inovatif.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kawan, Kemanakah Larinya Dollar?

4 Juni 2015   10:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Kompasianer sekalian. Ternyata sudah tidak diakses sekian lama, saya agak kaget nih dengan tampilan baru kompasiana. Tapi saya akui, Tampilannya hangat dan sepertinya lebih kokoh kalau dilihat dari design nya. Iya, saya tidak akan membahas soal kompasiana yang baru ini aja kok. 

Dari judulnya juga bisa dilihat, tulisan kali ini adalah tentang dollar 

 

Jika Anda terbiasa membeli barang-barang impor dalam kehidupan sehari-hari, seperti baju, jam tangan, cd album artis kesayangan ataupun alat elektronik. Anda pasti merasakan kenaikan harga-harga yang terus menerus terjadi di dalam beberapa bulan terakhir ini. Seperti yang terdapat dalam berita-berita yang dipublish oleh centralfutures.com, spekulasi mengenai waktu kenaikan tingkat suku bunga AS telah memacu menguatnya dolar terhadap pair-pair mata uangnya.

Amerika Serikat sebagai Negara yang cenderung dikaitkan dengan “pemimpin” perekonomian ini telah  berulang kali mengangkat isu kenaikkan suku bunga. Hal ini mempengaruhi sentimen pergerakan dolar AS di dalam beberapa waktu terakhir. Jika kita mengamati tingkat suku bunga di beberapa Negara, tingkat suku bunga AS terbilang cukup rendah yaitu di angka 0.25%. AS telah mempertahankan level 0.25% sebagai tingkat suku bunganya sejak Desember 2008 lalu. Data tingkat suku bunga selanjutnya akan dirilis pada 18 Juni mendatang.

Sementara itu, di minggu pertama bulan Juni ini akan menjadi minggunya Amerika seperti mayoritas bulan-bulan lainnya. Di setiap awal bulan, AS merilis data-data ekonomi yang terbilang penting, yaitu data-data yang berasal dari sektor tenaga kerjanya. Lalu, apakah hubungan tingkat pengangguran dengan isu kenaikan tingkat suku bunga ini? Di dalam setiap pertemuannya, Fed sering kali menegaskan bahwa pihaknya tidak segan untuk segera menaikkan tingkat suku bunganya jika kondisi perekonomian AS telah bergerak lebih stabil. Salah satu sektor yang sangat menentukan kebijakan yang diambil oleh Fed ini adalah kondisi sektor tenaga kerja AS.

Data tingkat pengangguran dan non farm payroll AS ini merupakan salah satu data yang sangat berperan dalam menentukan arah pergerakan dolar AS serta memberikan pengaruh terhadap spekulasi kenaikan tingkat suku bunga yang beredar. Data tingkat pengangguran AS diperkirakan akan tetap di level 5.4% sementara data Non Farm Payroll diperkirakan akan dirilis bertambah 226.000. Jika melihat ke dalam dua tahun belakang, tingkat pengangguran AS saat ini sudah jauh lebih rendah. Di tahun 2013 lalu, tingkat pengangguran AS bahkan menyentuh level 7.9%. Jika kedua data ini dirilis sesuai perkiraan maka dolar akan melemah di dalam beberapa timeframe terhadap pair-pair mata uangnya seperti yen, euro, gbp, chf, serta emas. Namun jika sektor tenaga kerja kembali memberikan hasil yang mengejutkan, maka USD akan kembali menguat.

Jika anda membaca insight saya sebelumnya, USD berhasil menguat terhadap yen Jepang hingga menyentuh level tertingginya di dalam 12 tahun terakhir yaitu level 125.00. Namun itu lebih banyak disebabkan karena kondisi internal Jepang sendiri yang mengalami pelemahan. Sehingga belum dapat disimpulkan bahwa strong dollar sudah benar-benar nyata. Contohnya di bulan April lalu, Dolar yang sedang menguat ditengah spekulasi kenaikan tingkat suku bunga langsung rontok setelah data sektor tenaga kerja yang dirilis di bawah perkiraan. Hal ini membuat para investor memperkirakan akan adanya penundaan tingkat suku bunga. Survey yang digelar oleh Bloomberg belum lama ini menunjukkan Fed kemungkinan akan menaikkan tingkat suku bunganya tidak di bulan Juni melainkan September. Jadi untuk sementara waktu, beberapa major pair yang berpasangan dengan USD masih akan terombang-ambing di range 200-400 poin. Waspadalah!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun