Desa Sepande merupakan desa salah satu desa yang terletak di kecamatan Candi, kabupaten Sidoarjo. Awal terbentuknya Desa Sepande yaitu terdapat seorang generasi pertama berasal dari Desa Sepande yang mempunyai keahlian membuat Gaman atau Pande Besi yang berate orang yang membuat senjata. Oleh karena itu, generasi pertama tersebut memberi nama desanya yaitu Desa Sepande. Â
Menurut sesepuh dahulu generasi pertama pendiri Desa Sepande bernama mbah Soepondriyo. Beliau adalah orang yang membuat senjata, kemudian menitahkan senjata tersebut sambil berpesan "gaman iki minongko kanggo cekelanmu", maksud dari pesan tersebut ialah senjata ini buat pedomanmu besok, senjata yang dimaksud dibuat pedoman untuk mencari kehidupan.
Desa Sepande terletak paling ujung utara dari kecamatan Candi, dimana desa Banjar Bendo sudah termasuk dalam wilayah kecamatan Sidoarjo. Sedangkan sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Sumokali, begitu juga batas wilayah sebelah barat yang berbatasan langsung dengan Desa Sidodadi dan sebelah timur dibatasi oleh kelurahan Sidokare.Â
Luas wilayah desa Sepande sekitar 160,195 hektar/m2. Wilayah desa Sepande sebagian besar digunakan sebagai pemukiman. Selain itu, beberapa wilayah dijadikan sebagai lahan pertanian seperti tanaman padi, tebu, dan tanaman biji-bijian seperti jagung. Namun, semakin tinggi angka perpindahan penduduk wilayah pertanian di Desa Sepande semakin sempit.
Mayoritas penduduk Desa Sepande bermata pencaharian sebagai pembuat tahu dan tempe. Hal ini menyebabkan desa Sepande terkenal sebagai produsen tahu dan tempe. Kebanyakan pengusaha tempe yang ada di Desa Sepande ini mengatakan bahwasanya kegiatan membuat tempe yang mereka kerjakan selama ini merupakan sebuah bentuk warisan nenek moyang yang mereka lakukan secara turun temurun. Usaha pembuatan tempe di desa Sepande merupakan sebuah usaha industri rumahan.Â
Pembuatan tempe ini dilakukan dengan sistem kekeluargaan, kebanyakan usaha ini dijalankan oleh suami dan istri. Dimana diantara keduanya mempunyai fungsi dan tugasnya masing -- masing. Sang suami bertugas menjual tempe -- tempe ke pasar ataupun yang lainnya, sedangkan sang istri mempunyai tugas untuk mengatur segala urusan yang berhubungan dengan pembuatan tempe.
Pada saat ini, Indonesia masi dilanda wabah covid-19 yang menyebabkan berbagai aspek kehidupan mengalami penurunan. Salah satunya adalah perekonomian para penduduk desa Sepande yang bermata pencaharian sebagai pembuat tempe. Menurut pak Sukari selaku pemilik usaha tempe di desa Sepande menyatakn bahwa selama pandemi ini harga kedelai melonjak tinggi, dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.000.Â
Hal ini menyebabkan berbagai UMKM tempe mengalami kesulitan. Selama PPKM diberlakukan, UMKM tempe semakin terguncang dikarenakan adanya keterbatasan berjualan di pasar sehingga penjualan mereka mengalami penurunan secara drastis. Pak sukari mengatakan bahwa selama PPKM, tempe yang terjual sangat minim karena para pembeli enggan pergi ke pasar.
Dari hal tersebut, saya membantu pemasaran salah satu UMKM tempe yang ada di Desa Sepande. Dalam pemasaran, saya membuat logo baru untuk menambah ketertarikan para pembeli. Selain pembuatan logo, saya membantu pemasaran melalui media digital sehingga para penjual dan pembeli tidak saling bertemu yang dapat meminimalisir tertularnya covid-19.Â
Pemasaran melalui media digital memiliki banyak keuntungan yaitu Biaya jauh lebih murah daripada pemasaran konvensional, jangkauan lebih luas karena tidak terbatas geografis, dapat diakses kapanpun tidak terbatas waktu. Media digital juga merupakan pilihan para pembeli membeli berbagai macam kebutuhan tanpa harus menjajakan kaki ke tempat penjual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H