LADY GAGA: MENGHUJAT AGAMA MELALUI PERILAKU DAN LAGU
LADY GAGA merupakan nama promosi atau nama panggung bukan asli. Nama aslinya pemberian orangtuanya, Joseph Germanotta dan Cynthia, adalah Stefani Joanne Angelina Germanotta. Lahir di New York, Amerika Serikat pada 28 Maret 1986.
Di awal karir sebagai penyanyi, Lady Gaga mengalami kegagalan yang membuatnya tenggelam dalam kehidupan malam. Dia menjadi terpesona dengan beberapa pertunjukan neo-burlesque. Dia bergogo dengan mengenakan pakaian lebih kecil dari bikini. Ia mulai bereksperimen dengan obat-obatan sambil tampil di banyak pertunjukan. “Aku di atas panggung dengan berpakaian thong, dengan ekor kuda di atas pantat yang kupikir telah menutupi silitku, pencahayaan hairspray di atas api, Go-Go dancing kepada Black Sabbath dan menyanyikan lagu-lagu tentang oral seks. Anak-anak akan berteriak dan bersorak dan kemudian kita semua akan pergi minum bir. Ini merepresentasikan kebebasan untukku. Aku pergi ke sebuah sekolah Katolik tetapi berada di bawah tanah New York yang kutemukan sendiri,” ungkapnya.
Kesungguhan dan kerja keras serta kenekadannya sebagai pekerja seni membawanya menjadi terkenal ketika merillis album debutnya The Fame (2008) yang membawanya mendunia. Begitu pula album-album berikutnya membuat Lady Gaga mendapatkan fans di mana-mana sehingga melakukan tur konser global termasuk ke Indonesia.
Sebuah singgel “Alejandro” Lady Gaga dipasangkan dengan fotografer fashion Steven Klein untuk video musik. Namun singgel ini dikritik Liga Katolik Amerika Serikat karena penggunaan blasphemy (simbol penghujatan agama).
Pada majalah edisi tahunan “Hot 100″ Rolling Stone Mei 2009, sampul menampilkan Gaga setengah telanjang hanya mengenakan gelembung plastik yang ditempatkan secara strategis. Dalam edisi majalah tersebut ia mengatakan bahwa sementara ia memulai karier di adegan klub New York, ia terlibat asmara dengan heavy metal drummer.
Dalam pidatonya di Europride yang didedikasikan untuk masyarakat lesbi, gay dan sejenisnya, Lady Gaga menggambarkan homoseksual sebagai “revolusioner cinta”. Dia juga menyatakan, “Hari ini dan setiap hari kita memperjuangkan kebebasan. Kita berjuang untuk keadilan. Kita memanggilnya untuk belas kasih, mencoba pengertian dan di atas semua yang kita inginkan kita berada dalam kesetaraan penuh sekarang.” (humaidi/sumber: Wikipedia bahasa Indonesia)
IRSHAD MANJI: MENGHUJAT AGAMA MELALUI PERILAKU DAN BUKU
IRSHAD MANJI adalah wanita Canada lahir tahun 1968. Dikenal sebagai penulis, wartawan dan advokat dari interpretasi “reformasi dan progresif” Islam. Manji adalah direktur Proyek Keberanian Moral di Sekolah Robert F. Wagner Pascasarjana Pelayanan Publik di Universitas New York.
Irshad Manji adalah seorang tokoh penggerak dan praktisi lesbianisme asal Kanada. Majalah Ms. menobatkan dia sebagai “Feminis Abad ke-21”. Maclean’s memberinya penghargaan Honor Roll di tahun 2004 sebagai “Orang Kanada yang Sangat Berpengaruh”. Dia mengatakan, “Sebagaimana Anda ketahui, saya adalah seorang lesbian dan saya tidak meminta persetujuan kaum Muslim atas orientasi seksual saya. Saya hanya meminta persetujuan dari dua entitas saja: Sang Pencipta dan nurani saya.”
Melalui paham kebebasannya, Manji membedah Islam sedemikian rupa menyerupai pembedahan terhadap Bible. Dia juga mengatakan, “Banyak yang tidak tahu bahwa para filsof Muslim selama ratusan tahun telah berbicara mengenai “ayat-ayat setan”, di mana Nabi menerima ayat-ayat Quran yang kemudian beliau sadari lebih memuja para berhala ketimbang Tuhan. Nabi lalu menghapus ayat-ayat tersebut – beliau mengedit Quran. Pertanyaan saya adalah: jika Muslim yang baik meneladani kehidupan Nabi dan Sunnah Nabi, maka bagian dari Sunnah adalah bahwa beliau mengedit Quran. Siapa dapat mengatakan para sahabatnya tidak mengikuti teladan tersebut? Siapa bisa mengatakan dalam proses kompilasi tersebut mereka tidak mengedit Quran?”
Pemikrian dan paham kebebasannya itulah yang dirilis dalam bukunya, “Allah, Liberty and Love”. Dan melalui bukunya, Manji mencoba mempengaruhi pembaca supaya menggunakan akal secara bebas dalam menafsir ajaran agama termasuk Alquran di dalamnya tanpa mengikuti Rosulullah.
Buku Manji sebelumnya, The Trouble with Islam Today (awalnya diterbitkan sebagai Trouble with Islam), telah diterbitkan di lebih dari 30 bahasa, termasuk Bahasa Arab, Persia, Urdu, Melayu dan Indonesia. Dia terganggu oleh bagaimana Islam dipraktikkan saat ini dan oleh pengaruh Arab di Islam yang mengambil individualitas perempuan dan memperkenalkan konsep kehormatan perempuan. Manji telah menghasilkan dokumenter PBS, “Faith Without Fear”, mencatat upaya untuk “mendamaikan imannya kepada Allah dengan cintanya pada kebebasan”. (humaidi: dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H