Hanya saja pengecer BBM tetap saja memasang harga BBM Rp 9.000,- per liter meskipun pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM pada 1 April 2012. Ketika penduduk trans menggugat hal ini maka jawaban pengecer serupa yakni harga yang mereka beli juga naik dan tidak kembali ke harga sebelumnya.
“Untungnya penduduk trans yang membeli BBM di pengecer merasa satu keluarga. Baik pembeli maupun pengecer tidak timbul konflik gara-gara harga BBM tetap saja naik padahal pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM,” ujar Kepala Desa Purwodadi, Banyuasin, Mahmud kepada CENDEKIA, seraya menambahkan, penduduk trans lebih suka memendam kesusahannya harus menanggung kenaikan harga BBM dan juga kenaikan harga kebutuhan pokok. Mungkin prinsip mereka masih seperti nenek moyangnya dahulu yaitu, “mangan ora mangan yang penting ngumpul”.
Di Kota Palembang, sepanjang pemantauan CENDEKIA, tidak ada SPBU yang menaikkan harga BBM baik sebelum maupun sesudah 1 April 2012. Yang justru terjadi kenaikan adalah antrean panjang kendaraan roda empat dan dua menjelang 1 April 2012. Banyak pengemudi mengisi penuh tangki kendaraannya. Dan setelah 1 April 2012, antrean kendaraan berkurang dan kembali normal.
Bagi petugas SPBU pada umumnya, kenaikan harga BBM tidak otomatis menaikkan pendapatannya atau upahnya. “Upah saya tetap saja masih dibawah UMP. Kenaikan harga BBM bisa jadi hanya dinikmati pemilik SPBU,” ungkap salah seorang petugas SPBU menanggapi rencana pemerintah menaikkan harga BBM.
Nasi sudah jadi bubur. Kegagalan pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM pada 1 April 2012 tidak membuat pasar menurunkan harga barang dan jasa kembali ke harga sebelum rencana kenaikan harga BBM. Berarti pemerintah melakukan April Fools Day atau April Mop di mana terjadi pelegalan terhadap pembohongan oleh pihak yang berkuasa terhadap pihak yang tidak berkuasa atau umat Islam di masa lalu. Berakibat umat Islam mengalami penderitaan, penganiayaan dan pembunuhan massal.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi bilamana pemerintah nantinya benar-benar menaikkan harga BBM dalam enam bulan ke depan. Tentu masyarakat harus merasakan kenaikan harga barang dan jasa untuk kedua kalinya.
Lalu apakah pemerintah mau bertanggungjawab memberikan subsidi kepada masyarakat untuk menghadapi kenaikan harga barang dan jasa gara-gara pemerintah berkoar-koar bakal menaikkan harga BBM pada 1 April 2012 yang ternyata tidak jadi atau ditunda? Tampaknya pemerintah tak mau bertanggung jawab dan hanya membiarkan masyarakat menderita kesusahan yang disebabkan kesalahan pemerintah dan bukan disebabkan kesalahan masyarakat apalagi kenaikan harga BBM dunia. (humaidi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H