Andu yang tanggap, segera mencari pak Satpam yang biasanya berjaga di depan pintu. Sayangnya, pak Satpam tak nampak batang hidungnya. Andu masuk kembali menemui kakek. "Tak ada pak Satpamya, Kek. Kita coba sendiri dulu."
Kakek mengangguk. Segera dimasukkannya kartunya kedalam slot. Beberapa detik kemudian, Kakek dan Andu menghambur keluar dari bilik ATM itu. Kaget karena mesin ATM itu menjerit-jerit. Keras sekali suaranya.
"Ih. Mengerikan sekali. Kalau tak mau memberikan uang, ya tak usah menjerit-jerit begitu." Gerutu Kakek kesal.
Tiba-tiba saja seorang petugas keamanan berlari ke arah mereka. Nampaknya dia baru saja dari kamar kecil.
"Saya mau ambil uang, tapi mesinnya menjerit-jerit begitu,' jelas Kakek.
"Mungkin Bapak salah masukkan PIN. Sudah benar PIN-nya, Pak? Itu seperti kode rahasia," tanya Pak Satpam sambil masuk keruang ATM bersama Kakek dan Andu.
"Belum dimasukkan kodenya. ATM-nya berbunyi-bunyi begitu waktu kartu dimasukkan."
Pak Satpam nampak kebingungan juga. Hari ini kali ketiga ATM ini berbunyi. Teknisi ATM baru sekitar dua jam berlalu memperbaiki ATM ini. Yang pertama karena uangnya tak bisa keluar. Ada yang tersangkut. Yang kedua, karena kartu tertelan. Sipemilik keasyikan menghitung uang terlalu lama. ATMnya jadi ditelan oleh mesin. Nasabahnya minta ATM-nya segera dikeluarkan lagi. Ini yang ketiga. Bakal dimarahi bos lagi pikirnya galau. Pasti dia dianggap lalai menjalankan tugasnya. Tiba-tiba dia melihat kartu ATM ditangan Kakek.
"Kartunya sudah dimasukkan, Pak?," tanyanya bingung. Kakek menggangguk.
"Kartu ATM-nya ada berapa?"
Kakek mengacungkan jari telunjukknya. Satu.