Mohon tunggu...
Indah Wulandari
Indah Wulandari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis Dewasa

Anda bukan tubuh yang mencari Cahaya, tapi Cahaya yang meminjam tubuh Manusia. Tempaan Hidup bertujuan untuk menyiapkan Anda untuk berbagi Cahaya. IG: @indahwulandari.psi WA untuk konsultasi : 0888-1778-419

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memahami Emosi di Balik Perilaku Prokrastinasi (Menunda Pekerjaan)

24 September 2024   09:13 Diperbarui: 24 September 2024   09:22 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/marionbennie9/

Banyak dari kita yang memilih untuk menunda melakukan pekerjaan dibandingkan untuk segera mengerjakannya. Rasanya untuk memulai mengerjakannya saja sudah terasa berat. Semangat dari dalam diri juga redup. Menunda suatu pekerjaan terkadang boleh kita lakukan, namun jika kita melakukannya terlalu sering, bisa jadi kita sedang melakukan Prokrastinasi.

Jika kita bersedia melihat lebih medalam secara psikologis, perilaku menunda pekerjaan ini sebenarnya bukan semata-mata karena pekerjaannya. Namun karena adanya perasaan tidak nyaman yang muncul ketika mengerjakan pekerjaan tersebut. Perasaan tak nyaman itu seperti perasaan takut, lelah, capai, rasa malu, khawatir jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan, dan perasaan-perasaan negatif  lainnya.

Perasaan-perasaan tak nyaman itulah yang sebenarnya kita hindari. Kita cenderung tidak mau merasakannya. Jadi, cara sementara yang menurut kita bisa “menyelamatkan” adalah dengan menghindarinya yaitu dengan melakukan Prokrastinasi.

Tapi mau sampai kapan melakukan kebiasaan menunda-nunda ini? Yakinkah bahwa Prokratinasi dapat membantu kita untuk meraih kesuksesan?

Ternyata kebiasaan prokrastinasi tidak hanya menjadi penghalang bagi seseorang yang ingin meraih sukses dalam hidupnya. Namun juga bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Kebiasaan menunda ini membuat seseorang menjadi lebih mudah stres, karena pekerjaannya tak kunjung dikerjakan, tetapi hanya sibuk memikirkan pekerjaan-pekerjaannya tersebut.

Dampak lainnya adalah mulai muncul masalah-masalah lain dalam hidup yang tidak terselesaikan akibat penundaan yang dilakukan. Masalah-masalah itu berdampak pada perubahan suasana hati, meningkatnya kecemasan, depresi, dan harga diri yang rendah. Selain itu, orang yang sering menunda-nunda pekerjaan rentan memiliki kinerja yang buruk, nilai yang lebih rendah, promosi jabatan yang lebih lambat, dan kesehatan yang lebih buruk.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengubah kebiasaan prokrastinasi?

Apabila ingin hidup lebih sehat, bahagia, dan bisa meraih apa yang kita cita-citakan, kita perlu memiliki niat yang besar untuk mulai meninggalkan kebiasaan ini. Berikut beberapa cara untuk membantu kita melakukannya :

1. Identifikasi ke dalam diri kita sendiri, apa yang membuat kita memilih menunda pekerjaan? 

Langkah awal ini adalah langkah kita bertanya kepada diri sendiri secara jujur. Mengapa kita mempertahankan kebiasaan ini? Apakah karena dengan melakukannya kita merasa lebih baik, atau ada perasaan negatif yang secara tidak sadar selama ini kita hindari? Atau memang pekerjaan kita membosankan, atau hal lainnya? Menemukan alasan dibaliknya membantu kita mengenali diri kita sendiri, hal ini membantu diri mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Sehingga perubahan bisa terjadi.

2. Mengubah cara pandang kita terhadap tugas atau pekerjaan tersebut. 

Seringkali yang membuat kita jadi tidak ingin melakukan sesuatu karena kita melihat sesuatu itu dari sudut pandang yang negatif dan dapat memunculkan perasaan tidak menyenangkan. Mulailah ubah cara kita  memandang tugas atau pekerjaan tersebut. Gunakan sudut pandang positif supaya diri terdorong untuk mengerjakannya. Lihat hal-hal baik apa saja yang bisa diperoleh jika kita segera menyelesaikan pekerjaan itu. Bantu diri untuk tidak lagi merasa “terpaksa” melakukannya, tetapi menjadi mau mengerjakannya. Jika tugas atau pekerjaan serasa sulit, dan kita bingung memulainya dari mana, kita bisa bertanya pada yang ahli.

3. Lupakan kesempurnaan. 

 Menginginkan kesempurnaan adalah penghalang bagi kita untuk mulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Ini biasanya terjadi pada individu-individu yang perfeksionis. Jauhkan pemikiran untuk jadi sempurna, ingat bahwa kita terus belajar dan berkembang. Kesalahan, kekurangan, dan kadang gagal adalah hal yang wajar terjadi. Inilah yang membentuk diri kita menjadi lebih baik. Nikmati dan kerjakan saja dulu.

4. Jauhkan distraksi.

Banyak hal yang bisa menjadi pengganggu saat kita mulai bekerja. Seperti tempat yang tidak nyaman, ruang kerja berantakan, lingkungan yang bising, bunyi notifikasi di handphone, dan masih banyak lagi. Coba kenali hal-hal apa yang bisa mendistraksi diri kita, kemudian atasi hal itu. Sediakan ruang dan waktu yang nyaman untuk mendukung fokus dan suasana hati dalam menyelesaikan pekerjaan. Sadarilah, jika kita bisa melakukannya, kita akan merasakan perasaan puas bahkan bangga dengan diri sendiri karena telah berhasil melakukannya. Kita juga bisa melihat diri kita menjadi jauh lebih produktif.

5. Setelah berhasil melakukannya, hadiahkan diri sendiri.

Self reward atau memberikan “hadiah” untuk diri sendiri adalah sesuatu yang sangat penting. Perlu kita sadari, bahwa diri kitalah sahabat sejati yang menemani kita sampai hari ini. Banyak hal yang sudah ia lakukan, lewati, dan usahakan. Jadi ketika kita bisa menyelesaikan pekerjaan dengan tak lagi menunda-nunda, sudah sepantasnya kita memberikan bentuk apresiasi kepada diri sendiri. Bentuknya bisa berupa memeluk diri sendiri sambil mengatakan terima kasih yang tulus  untuk usaha yang sudah dilakukan, meluangkan kesempatan untuk menikmati momen dengan diri sendiri, beli makanan kesukaan, dan lainnya. Tentunya dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan kesehatan diri.

Dengan melakukan lima cara tersebut, maka akan membantu diri kita mengembangkan kebiasaan baru yang lebih sehat, meningkatkan semangat untuk bekerja atau beraktivitas, serta membantu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Yuk kita mulai coba terapkan! Semoga tulisan ini membawa manfaat baik bagi para pembaca. Terima kasih.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun