Para pakar perlu menyesuaikan strategi komunikasi mereka agar lebih inklusif dan adaptif terhadap dinamika media sosial. Penggunaan infografis, video pendek, dan narasi yang lebih mudah dipahami menjadi salah satu cara untuk menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat umum.
Untuk mengatasi fenomena "matinya kepakaran," diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, platform media sosial, komunitas ilmiah, dan masyarakat luas. Langkah-langkah seperti literasi digital, edukasi publik, dan regulasi platform digital dapat membantu menciptakan ekosistem informasi yang lebih sehat.
Literasi digital, misalnya, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara memilah informasi yang kredibel di media sosial. Di sisi lain, regulasi yang lebih ketat terhadap penyebaran misinformasi dapat menjadi upaya preventif untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas.
Fenomena "matinya kepakaran" di media sosial mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi di era informasi bebas. Meskipun media sosial telah membuka ruang untuk demokratisasi informasi, penting untuk memastikan bahwa kebebasan ini tidak mengorbankan otoritas dan kredibilitas keilmuan. Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, masyarakat dapat membangun kembali kepercayaan terhadap para pakar, sekaligus menciptakan ekosistem informasi yang lebih bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H