"Amir, wanita itu adalah ibumu. Dia Siti, yang kau kira sudah meninggal dalam kebakaran besar itu. Dia menyelamatkanmu dengan mengorbankan dirinya sendiri," kata tetua itu.
Air mata Amir jatuh tanpa bisa dihentikan. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal atas sikapnya selama ini. Dengan hati yang penuh penyesalan, Amir segera pergi mencari Siti. Ia menemukannya di rumah sederhana di pinggiran desa.
Amir berlutut di hadapan Siti yang sedang menyiapkan makanan sederhana. "Ibu, maafkan aku. Aku tidak tahu... Terima kasih telah menyelamatkanku dari kecil sampai sekarang. Maafkan aku telah bersikap buruk padamu."
Siti memeluk Amir dengan erat, air matanya mengalir deras. "Tidak apa-apa, Nak. Aku selalu mencintaimu, dan yang penting kau selamat."
Sejak hari itu, Amir dan Siti hidup bersama dengan penuh kasih sayang. Amir merawat ibunya dengan penuh cinta dan hormat, menebus semua waktu yang hilang. Penduduk desa, yang mengetahui pengorbanan Siti, mulai menghormatinya dan melihatnya dengan cara yang berbeda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI