Seiring berjalannya waktu, Lila menghadapi banyak tantangan. Ketika ibunya jatuh sakit, Lila harus mengambil alih tanggung jawab keluarga.
Dia bekerja keras di ladang, belajar dengan tekun, dan menjaga ibunya dengan penuh kasih sayang. Di tengah kesulitan, Lila selalu teringat pada kupu-kupu yang berhasil keluar dari kepompongnya.
Lila sering merasa lelah dan hampir putus asa, tetapi setiap kali dia merasa begitu, dia akan memikirkan kupu-kupu dan proses perjuangannya.
'Seperti kupu-kupu, aku harus melalui kesulitan ini untuk menjadi kuat,' pikir Lila.
Namun, suatu hari yang penuh duka tiba. Ibunya yang sudah lama sakit akhirnya berpulang. Lila merasa dunia seakan runtuh.
Di pemakaman, Lila berdiri di samping kuburan ibunya, memegang seikat bunga. Air mata mengalir deras di pipinya. Dia merasa sendirian dan tak berdaya.
Beberapa hari setelah pemakaman, Lila pergi ke kebun bunga belakang rumahnya. Dia duduk di sana, mengingat kenangan bersama ibunya.
Tiba-tiba, seekor kupu-kupu yang indah hinggap di bahunya.
Kupu-kupu itu memiliki warna yang sama dengan kain batik kesayangan ibunya.
Lila terkejut dan merasakan kehangatan yang aneh di hatinya. Kupu-kupu itu seolah-olah menatapnya dengan lembut, dan Lila merasa seolah ibunya ada di dekatnya. Sejak hari itu, setiap kali Lila merasa sedih atau kesepian, kupu-kupu yang sama selalu muncul dan hinggap di dekatnya.
Lila percaya bahwa kupu-kupu itu adalah ibunya yang selalu menemaninya. Dengan kehadiran kupu-kupu tersebut, Lila merasa lebih kuat dan bersemangat untuk menjalani hidup. Dia tahu bahwa ibunya akan selalu ada di sampingnya, memberinya kekuatan dan dukungan.
Akhirnya, kerja keras dan ketekunan Lila membuahkan hasil. Dia lulus dengan nilai terbaik dari sekolahnya dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di universitas.