Mohon tunggu...
randika agustaruna
randika agustaruna Mohon Tunggu... -

orang yang penuh semangat untuk membahagiakan orang-orang di sekitar :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[dibaliksecangkirkopi]Kopi dengan Rasa Alam

18 Mei 2015   14:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi entah kapan saya kenal yang namanya kopi dan saya tak pernah ingat kapan pertama kali meminum kopi,tapi yang saya tahu kopi selalu jadi sebuah minuman yang mewakili sebuah kebersamaan.Saya bukan Pecinta kopi sejati tapi saya hanya bingung dengan kopi sendiri ,kenapa saya selalu meminumnya terutama yang pahit dan saya tak pernah bertanya kenapa saya selalu meminum kopi yang pahit yang saya tahu saya hanya merasa kurang sesuatu bila dalam berkumpul tak meminum kopi dan ketika dalam berkumpul dengan para sahabat atau keluarga telah lengkap semuanya dengan kehadiran kopi.Itu gambaran saya tentang kopi tak banyak momen yang paling mengenang tentang kopi karena kopi  bagi saya adalah seperti udara yang hadir pada diri saya tampa saya tau kapan keberadannya menemani kehidupan saya.

Tapi kopi yang paling saya kenang adalah kopi yang menemani setiap perjalanan kesukaan saya mendaki gunung, iya saya suka mendaki gunung suka menikmakti alam dan merekam baik berbentuk gambar atau video mengambil setiap momen karena di setiap pendakian bagi saya adalah sebuah cerita tentang perjuangan,keindahan,dan sosial.Dalam setiap pendakian gunung yang saya lakukan pasti kopi selalu jadi perbekalan yang tak boleh ketinggalan.

Kenapa apakah penting ??

Kopi yang seperti saya bilang diatas tak ada alasan yang kuat kenapa saya suka minum kopi ,kopi bagi saya bukan tentang rasa,haus dan menghilangkan kantuk tetapi sebuah pelengkap dengan kehadiranya akan melengkapkan hidup saya.Makanya setiap pendakian saya selalu membawa kopi bahkan entah kenapa di sela perjalanan yang terjal dan melelahkan saya dan teman-teman selalu berhenti sejenak untuk membuat sebuah kopi padahal kalo di pikir disaat cape dan haus kenapa saya dan teman -teman tak minum air biasa saja tetapi malah membuat kopi.yaitulah kopi selau di sempatkan dalam keadaan apapun untuk melengkapi setiap momen hidup.

Kopi yang paling terkenang adalah kopi dalam jalur pendakian gunung tertiggi di Jawa Barat gunung Ciremai gunung yang mempunya ketinggian 3078 mdpl kami mendaki gunung Ciremai via Linggar Jati salah satu trak terekstrim di Indonesia,dalam perjalanan pulang kami kehabisan air dan perjalanan ke bawah masih sekitar 8 jam.Disaat itu kami merasakan kekeringan tengorokan yang sangat kering dan badan yang perlu cairan untuk memperoleh tenaga,entah siapa yang memulai kami meminum air dimana saja di percabangan pohon di tanah pokonya dimana air menggenang kami ambil. kalo di kenang -kenang sungguh pilu kami yang biasa hidup di kota besar anak muda yang selalu minum air dengan berbagai rasa minum air tanah yang berwarna coklat yang biasa kami liat di jalanan berlubang dikota kami .kami meminumnya dengan rasa yang sangat segar karena kehausan.

Disaat jam menunjukan pukul 12 malam kami sampai di pos Tanjakan Seruni masih sekitar 5 jam lagi sampe pos 1 karena letih kami putuskan istirahat dan mendirikan tenda.seperti biasa malam begitu dingin dan setiap peristirahatan kami selalu berkumpul dan bercanda gurau tak lengkap tampa kehadiran kopi .Maka kami sepakat membuat kopi,kalian tau kan gak ada air ya,kami menelusuri tempat sekitar ketemu kumbangan air yang tadi kami injak -injak karena air berada di trak pendakian air berwanrna coklat pekat seperti di kubangan aspal di kota dan kami tak peduli kami mencapurnya dengan kopi hitam dan kami meminumnya bergiliran sambil besadau gurau,yaitulah cerita yang paling mengenang kopi yang membuat air kubangan pun begitu manis dan membawa kehangatan dalam pendakian kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun