Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kang Galuh dan Pekerjaan Pertamanya

30 November 2017   17:09 Diperbarui: 30 November 2017   17:19 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ngomong tentang pertama kali kerja, pasti menarik. Ada saja yang lucu-lucu kalau kita ingat-ingat sekarang. Tapi dulu, pas lagi ngejalaninnya, boro-boro! Yang ada kesel, senewen, marah, biarpun emang ada yang lucu-lucunya juga sih.

Dulu, pertama kali lulus kuliah, saya sempat menganggur 3 bulan sampai akhirnya saya diterima bekerja di sebuah pabrik perakitan mesin packing plastik, macam packing air mineral gelas, botol, ataupun galon. Pabriknya sendiri cuma pabrik kecil yang orang juga ngga ada yang kenal. Waktu itu ada dua orang yang diterima bekerja. Satu di bagian produksi, sudah berpengalaman, dan saya di bagian perencanaan produksi, baru lulus. Namanya baru lulus, kerjaan apapun saya terima biarpun saya tahu gaji saya waktu itu jauh dibawah standar orang-orang yang baru lulus. Mungkin cuma sekitar 50%-nya. Tapi yah, disyukuri saja.

Karena baru pertama kali kerja, saya ngga tahu mana pabrik yang bagus mana yang jelek. Yang saya tahu, kerja ya begitu. Kayak di tempat itu. Semua serba manual. Tidak ada satu pun system yang men-support. Oiya, tambahan lagi, saya lulusan teknik mesin. Bekerja sebagai Production Planning & Inventory Control (PPIC). Sedikit tidak nyambung. Tapi yah, lagi-lagi saya coba saja. Daripada ngga kerja.

Balik ke kerjaan, tugas saya waktu itu adalah membuat perencanaan produksi dan buka purchase order untuk barang-barang keperluan produksi. Nah, yang saya ingat waktu itu, direktur perusahaan ini ngga akur dengan Manager saya. Dia ngga percaya sama apa-apa yang dikerjakan beliau. Akhirnya ada keputusan nyeleneh dari si direktur ini kalau semua PO harus ada tanda tangan sayanya, hahaha... Jadilah saya anak bawang yang baru lulus harus ikut tanda tangan PO ratusan juta. Saya mah cuma ikut-ikutan tanda tangan saja. Ngga tahu apa konsekuensi dari tanda tangan itu. Tapi kalau cerita ke teman-teman yang lain, "Nih, saya tanda tangan PO ratusan juta. Kalau ngga ada tanda tangan saya, ngga bisa beli barang, hehehe..."

Sebagai anak yang baru lulus, saya ngga tahu gimana caranya kerja. Dan parahnya lagi, manager saya waktu itu tidak mau tahu. Dia mau terima jadi. Yang dia tahu saya harus bisa tanpa diajari. Ngga ada itu yang namanya training-training atau dibimbing. Pernah ada satu kasu saya ingat, waktu itu pernah saya kalkulasi kebutuhan material dari data stok dan order terakhir yang ada. Akhirnya dipesanlah sejumlah barang dengan nilai 130 juta lebih kalau tidak salah. Beberapa hari kemudian, pesanan itu datang. Dan masalah pun dimulai.

Saya dipanggil manager saya. Tanpa ampun dia marah-marah sama saya. Saya dimaki-maki. Saya dikatain (maaf) tembelek!!! Sialan. Hahaha.. Usut punya usut, ternyata order yang saya buka barusan sudah pernah di order sebelumnya! Dia bilang saya ngga teliti lah, apa lah, macam-macam. Segala mau dilaporin ke direktur! Bodo amat, pikir saya. Tapi saya penasaran, apa iya saya salah lihat. Pas saya cek, ternyata disitu sudah ada catatan order yang sudah dibuka. Hmm.. kemarin data ini tidak ada. Pas saya teliti lebih lanjut, dengan kemampuan detektif saya, saya yakin ini tulisan yang baru dibuat hari itu. Kemarin belum. Tapi ya gimana lagi. Terlanjur di cap jelek. Diam saja ah. Ngga peduli.

Hari-hari selanjutnya tidak menjadi lebih baik. Tekanan demi tekanan tidak berhenti. Malah tambah-tambah. Tiap hari diomelin, hehehe... Dipikir-pikir, gini amat nasib saya. Tapi waktu itu saya coba untuk bertahan. At least setahun lah, saya pikir. Sambil cari-cari pengalaman.

Ada juga pengalaman menarik waktu persediaan material untuk produksi hampir habis. Salah satu operatornya nanya ke saya, "Bos, gimana nih. Barang dah mau habis."

Saya tanya, "Kapan habisnya?"

"Paling juga hari ini habis. Gimana? Mau dihabisin ga?", tanyanya lagi.

"Hmmm.. jangan deh. Barangnya baru datang lusa. Pelan-pelan aja kerjanya, hehehe..", kata saya.

"OK bos. Siap.", dia bilang. Dan akhirnya telat lah itu jadual produksi, hahaha.. Gara-gara persekongkolan saya dengan si operator produksi.

Tapi ngga semua jelek juga sih yang saya dapat waktu itu. Yang saya ingat sampai sekarang, bos saya bilang, "Elu kalau mau jadi manager, file management lu harus bagus. Jadi lu bisa cepat nemu data kalau ada yang nanya.", gitu katanya.

Dan itu saya pegang sampai sekarang. Emang benar sih, biarpun saya agak berat mengakuinya, hahaha..

Singkat cerita, dari rencana satu tahun saya mau stay disitu, saya sampai ke titik penghabisan kesabaran saya. OK, that's it! Saya bilang. Ngga mau lebih lama lagi. Buang-buang waktu. Ngga ada untungnya. Akhirnya saya mulai melamar-lamar lagi. Dan diterima. Dua bulan setelah saya mulai bekerja disana. Nah, cerita resign-nya sendiri saya ingat sekali. Waktu itu hari Sabtu. Jam kerja sudah dimulai jam 8 pagi. Saya datang jam 9.30 langsung ke HRD-nya. Saya bawa surat resign, datang ke mejanya, saya bilang, "Pak, saya resign." Cuma itu. Ngga ada kata-kata lain.

"Loh, kenapa?", tanyanya.

"Dia ngga tahan sama saya pak.", kata bos saya. Wah, ternyata dia ada disitu.

Saya hanya senyum. Ngga ngomong apa-apa. Habis ngasih surat, saya langsung pergi ke bagian produksi. Salaman. Semua mengucapkan selamat karena saya cepat sadar, hahaha..

Dan saya pun pergi meninggalkan pabrik kecil itu. Ngga pakai tengok-tengok ala sinetron dan film-film remaja. Meninggalkan semua pengalaman dan cerita tentang pertama kalinya saya bekerja.

Yang bisa saya ambil, semua orang pasti punya yang namanya pengalaman pertama. Anak-anak yang baru lulus, tidak semua siap terjun langsung ke lapangan. Mereka perlu bimbingan dari kita yang sudah lebih berpengalaman. Tidak perlu pakai kata-kata kasar untuk membuat mereka mengerti. Dapatkan respek dari mereka. Itu lebih baik. Jadilah pemimpin yang mengerti apa kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya. Mereka akan mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran mereka untuk kita. Tanpa harus diminta.

 (Kang Galuh, sambil mengingat-ingat lagi masa lalu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun