Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlunya Seni Meminta Tolong

11 Desember 2016   05:23 Diperbarui: 11 Desember 2016   16:01 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: menolong (sumber: pixabay.com)

Tulisan ini saya buat ketika seorang teman meminta bantuan beberapa waktu yang lalu. Kebetulan saat ini ia sedang tertimpa kesulitan. Ia keluar dari pekerjaannya dan sampai saat ini sudah dua bulan lebih ia menganggur. Praktis tidak ada pemasukan. Sedangkan kebutuhan untuk istri dan anaknya tetap harus dipenuhi.

Singkat cerita, ia meminta bantuan pada saya untuk dicarikan pekerjaan. Saya bilang saya lihat apa yang bisa saya lakukan tanpa menjanjikan apa-apa. Niat saya ingin membantu tapi terus terang belum tahu bagaimana caranya.

Beberapa waktu setelah ia meminta bantuan, mungkin sehari dua hari setelahnya, ia menanyakan lagi. Gimana? Ada ngga pekerjaan buat saya? Tolongin saya. Saya benar-benar pusing, kalut, ga tahu harus ke mana lagi, dan seterusnya. Semua keluhan dan unek-unek ditumpahkan ke saya. Seakan-akan saya bisa memecahkan semua permasalahannya. Saya bilang, sabar. Semua perlu waktu. Tidak ada yang instan.

Besoknya, kembali ia menanyakan hal yang sama. Lengkap dengan keluhan yang sama pula. Saya pikir, memangnya saya yang punya kantor ini? Saya juga karyawan di sini. Dan semua proses perekrutan harus lewat prosedur. Ga ada istilah titipan di tempat ini. Dan lagi memang sedang tidak ada lowongan saat ini.

Dari kejadian itu, saya berpikir. Semua orang pasti memerlukan orang lain. Tidak ada yang bisa hidup sendiri. Suka atau tidak suka, kita perlu bantuan orang lain. Walaupun sekeras apapun kita berusaha untuk tidak meminta tolong, berusaha sendiri, pada saatnya meminta pertolongan orang lain tidak bisa dihindari. Contohnya, pada kasus yang teman saya alami di atas.

Yang harus kita sadari, pada saat kita meminta tolong, posisi kita sedang ada di bawah orang yang kita mintai tolong. Tentu cara kita meminta tolong tidak bisa seenaknya. Karena mau menolong atau tidak, keputusan ada di tangan orang yang kita mintai tolong itu. Ada seninya kalau mau minta tolong. Tidak bisa memaksa, mengejar terus menerus, seolah-olah beban ada di pihak yang dimintai tolong. Karena orang yang kita mintai tolong pun juga mempunyai masalahnya sendiri. Yang kadang kita tidak tahu bahkan lebih berat dari masalah yang sedang kita hadapi.

Dari pengalaman saya, ada beberapa tipe orang yang meminta tolong.

  • Tipe pertama, tipe memelas. Datang dengan muka memelas. Berharap belas kasihan. Kadang dengan gaya super lebay seakan-akan masalahnya paling berat di dunia. Dia akan mengharapkan kita iba dan tergerak menolongnya.
  • Tipe kedua, tipe pemaksa. Udah minta tolong, rajin mengejar-ngejar. Follow up setiap hari biar cepat-cepat ditolong.
  • Tipe lainnya, tipe yang pasrah. Ditolong sukur, ngga ya udah. Namanya juga minta tolong, pikirnya. Terserah yang nolong aja deh. Pasrah.

Nah, tiap tipe peminta tolong ini akan dirasa beragam oleh yang dimintai tolong. Untuk yang tipe pertama, Si Pemelas, mungkin kita akan merasa iba. Merasa kasihan. Turut merasakan bebannya. Tapi ada kalanya kita muak juga. Terlebih jika mereka datang dengan gaya lebaynya. Padahal masalahnya hanya masalah sepele.

Untuk tipe kedua, Si Pemaksa, yang ada malah membuat malas yang dimintai tolong. Minta tolong kok maksa. Seolah-olah jadi kewajiban yang dimintai tolong untuk segera menolong tanpa memikirkan yang dimintai tolong pun butuh pertolongan, hehehe... Kita tahu mereka perlu cepat ditolong, tapi seharusnya mereka juga menahan diri. Sabar. Siapa yang mau memberikan pertolongan kalau dipaksa seperti itu?

Untuk tipe Si Pasrah, kemungkinannya 50-50. Mungkin ditolong, mungkin tidak. Karena kadang terkesan antara butuh ga butuh. Atau mungkin kemungkinan ditolongnya lebih besar karena efek iba yang ditimbulkannya lebih besar. Kasihan nih orang, kayaknya pasrah banget. Mungkin itu yang ada dipikiran orang yang dimintai tolong.

Terus, kalau kita harus meminta tolong, bagaimana caranya? Saya pikir, kita harus meminta tolong dengan baik-baik. Sopan. Tidak perlu sampai memelas. Apalagi terkesan memaksa. Sampaikan masalah kita dengan jujur. Apa adanya. Dengan tulus tanpa dibumbu-bumbui. Jangan ada kesan menipu, memanipulasi, atau memanfaatkan. Tidak perlu tergesa-gesa mem-follow up apakah mereka akan menolong atau tidak. Kita harus sadar bahwa tiap orang punya masalah dan prioritasnya sendiri-sendiri. Kita tidak bisa menambahkan beban kita dengan seenaknya di pundak mereka. Ada kalanya orang yang tadinya berniat menolong jadi malas jika terlalu dikejar-kejar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun