Mohon tunggu...
Adoel Aziz
Adoel Aziz Mohon Tunggu... -

untuk menjadi lebih manfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pembelajaran yang Produktif

19 Oktober 2012   04:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada dasarnya sistem pembelajaran di Indonesia telah banyak mengadopsi sistem pendidikan yang ada pada negara-negara maju,dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan atau SDM dalam negeri. Dengan demikian berbagai metode dicoba diterapkan, namun metode tersebut seolah-olah hanya sebagai bahan percobaan. Mengapa demikian?karena metode yang diadopsi tersebut tidak diterapkan sepenuhnya denga penuh kesungguhan dan harapan besar.

Kenyataan seperti ini memang tidak bisa dipungkiri lagi, metode ganti-ganti sistem pendidikan sudah menjadi hal biasa sehingga efek yang ditimbulkan kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Contoh, apabila dalam pendidikan jenjang menengah atas terdapat 2 sistem pendidikan yang berbeda maka seorang pengajar pun akan kesulitan untuk menyampaikan kepada anak didiknya.

Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan memang bukan persolan yang mudah, butuh usaha dan kerja cerdas untuk memikirkan sistem pedidikan yang tepat untuk anak bangsa. Kondisi multikultural indonesia menjadi salah satu faktor yang harus menjadi pertimbangkan dalam mengadopsi sistem pendidikan. Sebenarnya melihat kondisi yang ada bukan sepenuhnya kesalahan dilimpahkan pada kerja sistem saja namun metode-metode yang diterapakan mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang perlu di evaluasi. Dalam pendidikan dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengeluarkan ide-ide kreatif serta meningkatkan cara berfikir yang efektif dan inovatif sehingga kemampuan/skill individu benar-benar dapat berkembang secara optimal.

Dalam proses pendidikan itu digambarkan seperti proses perkembangbiakan dari suatu makhluk hidup, hal ini dikarenakan terdapat satu kesamaan yang medasar. Pertama dalam proses pendidikan diharapkan skill individu dapat berkembang secara optimal sehingga dapat memberi pengaruh terhadap cara berfikirnya untuk bertahan berkompetisi pada lingkungan sekitarnya, sama halnya dengan perkembangbiakan makhluk hidup mereka berusaha mencari cara yang terbaik untuk menghasilkan keturunan yang maksimal. Dalam hal ini terdapat 2 cara yang dilakukan, pertama: produktif, artinya dibutuhkan 2 gen atau 2 jenis yang berbeda (laki-laki dan perempuan), kedua: reproduksi, artinya perkembangbiakan yang dilakukan sendiri atau sejenis. Contoh, amoba dengan membelah diri dan cacing dengan memutuskan bagian-bagianya.

Dalam hal diatas telah diteliti bahwa sistem yang lebih cepat berhasil yaitu dengan cara yang produktif yaitu dibutuhkan 2 gen yang berbeda untuk mencapai perkembangbiakan yang maksimal. Sama halnya dengan dunia pendidikan, strategi yang seharusnya diterapkan harus seperti itu untuk bisa dikatakan berhasil. Kenyataan saat ini sangat jelas berbeda, jika kita lihat dalam ujian semesteran, ujian akhir penyelesaian tugas akhir untuk menempuh jenjang pendidikan tinggi baik S1, S2, maupun S3, apabila didalamnya terdapat pendapat sendiri maka harus menyertakan kutipanya.

Hal tersebut tentu sangat membingungkan karena dalam sistem pendidikan apabila ingin mengungkapkan ide, gagasan, pola pemikiran di haruskan untuk mencantumkan sumber, kutipan dll. Proses seperti ini secara tidak langsung akan membatasi cara berfikir dan skill masing-masing individu, karena kita dituntut untuk meniru, mencontek, mengutip pemikiran orang lain dan apabila ide gagasan pribadi tidak menyertakan sumber kutipanya dianggap kurang relevan, kurang akurat, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, masalah yang paling mendasar adalah bagaimana me-merdeka-kan cara berfikir seseorang, kemudian mengahargainya sebagai pendapat. Dengan hal ini kemungkinan besar seseorang akan mempertajam skill nya sesuai dengan bidangnya masing-masing dan tentunya akan berpengaruh sistem pendidikan yang impulsnya pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun