Catatan dibalik banyaknya persoalan bangsa saat ini
Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi adat – istiadat, budaya, agama pun dari segi alamnya. Hal ini merupakan anugerah terbesar yang mungkin tidak dimiliki oleh bangsa lain di belahan dunia ini. Sekalipun adat, budaya dan agama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sangat banyak dan tentunya beragam, namun kita mesti sepakat bahwa semuanya syarat akan nilai – nilai kemanusiaan yang mesti dipelihara sebagai kekayaan moral bangsa yang mesti diwariskan kepada generasi penerus bangsa ini.Â
Namun pada kenyataannya, kekayaan bangsa inilah yang sekarang sedang diperbincangkan berbagai kalangan setelah membandingkan nilai – nilai luhur kemanusiaan yang terdapat dalam konteks adat, budaya dan agama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dengan kenyataan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini yang justru berlawanan dengan hal tersebut. Kesenjangan ini yang merupakan inti persoalan kita; bahwa dalam konteks ini, agama, dan budaya pun kadang dijadikan tameng untuk membenarkan perilaku yang kadang berlawanan dengan nilai- nilai keagamaan serta budaya itu sendiri.
Berbagai macam persoalan bangsa yang muncul saat ini tidak terlepas dari runtuhnya nilai moral anak bangsa. Beberapa hal yang bisa kita identifikasi seperti tingginya kasus korupsi yang sangat terstruktur di lingkungan pemerintah maupun swasta, tingginya kasus seks bebas dan aborsi dikalangan anak dan remaja, tingginya kejadian human traficking dan penindasan, banyak terjadi penipuan, tingginya angka kematian akibat pembunuhan, perampokan dan pengrusakan, banyak terjadi pelecehan dan diskriminasi berkedok agama, tingginya angka perjudian, pemakaian narkoba, pemalsuan ijazah, pendidikan abal – abal dan segala macam tindakan kriminal lainya adalah cermin akan runtuhnya nilai kemanusiaan manusia bangsa ini.Â
Dari sekian banyak persoalan di atas, bahkan yang lebih menyayat hati adalah tingginya keterlibatan tokoh agama, tokoh adat serta tokoh pendidikan serta orang – orang terdidik dalam pusaran kasus – kasus tersebut. Kenyataan inilah yang menjadikan persoalan moral sebagai titik kritis dalam perjalanan membangun bangsa kita ke depan.
Sekolah: gagal mendidik!!
Sekolah adalah tempat menimbah ilmu pengetahuan. Segala konsep dalam konteks dunia modern selalu didapat dan dimulai dari sekolah. Hal inilah yang menjadikan sekolah sebagai pusat pergerakan dunia modern yang kedudukanya setelah manusia itu sendiri. Kenyataan saat ini menggambarkan bahwa konsep modernisasi hanya meninggalkan segudang soal dalam kehidupan manusia. Lalu, apakah ini merupakan indikasi dari kegagalan dalam mendidik? Jawabanya ada pada benak kita. Namun yang jelas bahwa saat ini sekolah lebih berlomba dalam mencerdaskan otak dengan berbagai macam kegiatan, aturan – aturanya lebih mengarah kepada peningkatan kecerdesan intelektual semata.Â
Hal ini tentunya sangat mudah diukur dan hanya dilihat dari prestasinya saja sementara soal moral sangat erat kaitanya dengan agama dan adat – istiadat. Sekolah gagal menanamkan nilai – nilai tersebut pada anak didik, sehingga jangan heran jika saat ini banyak penjahat, pencuri bahkan pembunuh terdidik yang merupakan lulusan sekolah – sekolah dan perguruan tinggi  terbaik. Berbicara soal mendidik di sekolah tentunya sangat berhubungan dengan peran guru.Â
Saat ini guru pun disoroti karena banyak guru yang tidak bisa menjadi tokoh anutan anak didiknya, bahkan yang lebih sadis adalah mengajarkan anak didiknya melakukan tindakan tak terpuji melalui kebiasaan harianya yang melanggar nilai moral. Berbicara tentang mendidik tentunya tidak hanya berkoar – koar di depan kelas akan tetapi mendidik dengan berperilaku baik agar lebih mudah dicontoh.
Keluarga: Lupa akan tugas?
Rumah adalah tempat yang sangat baik dalam menjalankan proses belajar setiap penghuninya. Karena keluarga memiliki anggota dengan perannya yang berbeda dan memiliki kedekatan yang sangat erat antara satu dengan yang lainya maka layaklah rumah sebagai tempat belajar yang kondusif. Di rumah itulah segala hal bisa dipelajari, setidaknya jika sekolah lebih berorientasi pada kecakapan intelektual maka rumah adalah tempat bagi anak untuk belajar berperilaku dan bermoral. Dewasa ini, banyak orang tua yang menjadikan rumahnya sebagai sebuah sekolah kedua bagi anaknya.Â