Mohon tunggu...
Celly Kwok
Celly Kwok Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iman Diatas Garis

23 Januari 2016   00:50 Diperbarui: 24 Januari 2016   20:08 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Meriana Rungkat.  Saya mengenal wanita kelahiran Makasar, 12 Januari 1979 ini dari sosial media Facebook tiga tahun yang lalu.  Berawal dari rasa suka akan komentar – komentarnya yang senantiasa bernuansa positif dan membangun pada status-status beberapa teman saya di dunia maya, sayapun mengundang Meriana atau yang biasa dipanggil Riana ini menjadi teman Facebook, yang kemudian di konfirmasinya.

Status-status Riana cukup sering muncul di wall saya.  Dari status-status tersebut, saya mengetahui perjalanan pergumulannya memerangi penyakit  kanker leukemia darah type AML stadium akhir yang menggerogoti tubuhnya. Pengobatan medis terkini yang ditempuhnya adalah Prossedure Stempcell Gene Therapy atau penggantian DNA dan golongan darah dengan menggunakan darah pendonor dari keluarga terdekat, dilakukan  di RS. National University Hospital (RS. NUH), Singapura.

Segera saja Riana dan seluruh keluarganya yakni suami beserta kedua anaknya dari Manado pindah ke Surabaya, ke tempat tinggal orang tua Riana.  Kedua anaknya yakni Agra dan Chaleena pindah sekolah di tengah semester ke Surabaya.

Saat dalam perawatan di rumah sakit, Riana berhasil lulus Sarjana Theologia secara inabsentia, cumlaude wisudawan STTI Baptis Manado, tahun 2013. 

Di RS. NUH,  Riana yang berstatus pasien, tidak diam berpangku tangan, merenungi nasibnya.  Dikala fisiknya sedang fit, ia mengunjungi sesama pasien kanker leukemia dari Indonesia lainnya yang kemudian disebutnya sebagai Little Indonesia.  Sering kali suster disana menegurnya, memintanya untuk istirahat saja.  Riana tertawa, dengan selang infus di tangan, serta mendorong tiang infus ia tetap melakukan kunjungan-kunjungannya ke sesama survivor di sana.

Pada akhirnya, Riana justru diminta oleh pihak rumah sakit untuk membantu menolong pasien survivor dari negara lain yang enggan berobat, agar bersedia di kemoterapi.

Riana mendoakan serta menguatkan rekan-rekan sesama survivor serta keluarga mereka.  Tak hanya doa, beberapa kali Riana bahkan berbagi dana pengobatan (yang sebenarnya ia sendiri membutuhkannya) kepada beberapa rekannya tersebut.  Tentu hal ini tidak ditulisnya di status Facebooknya, melainkan dalam inbox pribadi dengan saya. Disinilah simpati serta respek saya tumbuh mendalam padanya.  Betapa tidak, seseorang yang peduli kepada kesulitan sesamanya disaat ia sendiri dalam kesulitan itu semakin langka di dunia ini bukan?

Kala Riana diijinkan dokter untuk pulang ke Indonesia, ke Surabaya, ia meneruskan pelayanan kunjungannya.  Pernah ia bahkan rela berjalan kaki, berjuang melewati banjir setinggi lututnya demi mencapai rumah Bp. Dumadi Djohan, sahabat FB yang diketahuinya sedang sakit.

Bagaimanapun energik, kuat serta cerianya seorang Riana, ia adalah seorang wanita biasa.  Riana only a human, begitu berat dan sulit rasanya kala ia harus berkali-kali meninggalkan putera sulungnya Agra Berthan yang saat ini berumur 13 tahun dan duduk di kelas 8,  serta putrinya Chaleena Diminsa yang berumur 9 th dan duduk di kelas 4 SD di Surabaya,  untuk berangkat berobat selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu di Singapura.  Chaleena bahkan sambil menangis dalam pelukannya, mengatakan demikian : “Tidak apa-apa mommy pergi berobat meninggalkan aku disini, yang penting aku tahu, mommy ada dan hidup di sana.”

Riana only a human,  tubuhnya menjerit kesakitan dan kelelahan, entah berapa kali sudah ia ditusuk jarum-jarum serta harus menanggung efek dari obat kemoterapi yang dimasukkan ke dalam tubuhnya.  Rasa mual dan meriang yang tak tertahankan, bibir berjamur, tubuh bengkak, rambut rontok habis, bahkan sekali pernah koma, dan lain-lain ...membuat Riana hendak menyerah, bahkan pernah meminta suaminya untuk mencari istri baru baginya. Usulnya ini segera di tolak tegas oleh suaminya, Mark Xavier Panambunan. Mark bersikeras memegang teguh ikrar suci janji pernikahan yang mereka ucapkan berdua pada 23 Juni 2001 di altar gereja.

Riana only a human, berkali-kali ia merasakan ketakutan akan hasil laboratorium darahnya.  Ia pun sedih dan bimbang akan biaya pengobatannya yang tidak sedikit ini. Namun demi impiannya untuk menyaksikan kedua buah hatinya bertumbuh dewasa dan beranak cucu, sang mommy Riana terus berjuang dengan segenap amunisi yang dimilikinya, masuk ke dalam kancah pertempuran yang sangat sengit antara hidup dan mati (dan itu berulang kali terjadi di rumah sakit) melawan leukemia dalam dirinya. Mark serta keluarga besar yang mengasihinya terus mendukungnya untuk terus maju berobat, mengambil segala jalan pengobatan medis demi kemungkinan kesembuhan yang ada.

Riana only a human.  Air mata mengalir deras, kala satu persatu rekan Little Indonesia yang dilayani dan dikasihinya harus berpulang ke rumah Bapa.  Beragam usia mereka yang berpulang, diantaranya Tiffany, gadis muda yang berusia 18 tahun, ada pula seorang kanak-kanak kecil bernama Janice, berusia 4 tahun, lalu Bp. Adrian berusia 47 tahun, dan lain-lain, mengingatkan betapa singkat sesungguhnya kehidupan kita di dunia ini.   Riana memandang kehidupan ini adalah anugerah serta kemurahan Yang Maha Kuasa semata. Umur ada di tangan Tuhan.  Selama Riana hidup, ia rindu untuk terus berbuah, berbagi kasih semampunya kepada sesama.

Dari 15 pasien transplan leukemia Indonesia yang dilayani Riana sejak tahun 2013 di RS. NUH, 6 diantaranya relapse (kambuh kembali), termasuk Riana. Dan tersisa Riana seorang pasien relapse yang tetap bertahan.  Bagi Riana, hal ini bukan berarti bahwa ia lebih dikasihi Tuhan sehingga napas masih dikandung badan, namun Riana mengimani hal ini dikarenakan tugasnya belum selesai di dunia ini. Artinya, banyak hal yang belum  tuntas Riana kerjakan untuk ladang Tuhan dan sekitarnya.  Sebaliknya tugas mereka telah selesai dan mereka telah berbahagia saat ini di surga.

Dengan dukungan suami terkasih serta keluarga besarnya,  Riana telah menjalani 20 kali kemo berat ditambah 42 kali kemo yang disuntikkan di perut, serta 13 kali bonemarrow biopsy (prosedur pengambilan sample dari tulang sumsum) sejak tahun 2013-2015. 

Pada tahun 2014, Riana diundang untuk mengisi sebuah wawancara dan berbagi kesaksian di acara Radio RMC, Surabaya.

Selama tahun 2013-2016, selama fisiknya memungkinkan Riana kembali bertugas sebagai penginjil di GKI Dasa, Surabaya.

Awal tahun 2016, sebuah stasiun radio Jakarta, yakni Heartline 100,6 FM mengundangnya untuk berbagi kesaksian di radio Heartline dalam acara Hope For The Heart.

Dalam bulan February 2016 mendatang ia akan meluncurkan dua buah bukunya.  Yang pertama berjudul Malaikat Tak Bersayap, penerbit Bamboo Bridges, Jakarta.  Sebuah buku yang berisikan 20 kisah inspiratif yang ditulisnya bersama dengan empat teman wanita di Facebook,  yang saat proses penulisannnya mereka belum pernah berjumpa di dunia nyata.  Mereka berlima menemukan kecocokan satu sama lain, dan hanya berdasarkan chemistry jadilah naskah buku tersebut.

Salah seorang rekan penulisnya adalah single parent yang suka menulis.  Wanita ini memiliki dua putera yang masih kecil.  Hal itu pula yang membuat Riana tergerak untuk menulis buku bersama, karena dinilainya akan menumbuhkan semangat rekannya itu yang menghadapi kepahitan hidup. Dengan menulis buku bersama, Riana berharap bisa menghibur dan menguatkannya.

Buku Riana yang kedua, berjudul Iman Diatas Garis,  penerbit Andi, Yogyakarta. Sebuah buku yang ditulis karena permintaan dari lembaga SOS (Sahabat Orang Sakit), yang mana buku tersebut berisikan tentang kesaksian hidupnya serta pelayanannya, dan hasil penjualan buku tersebut seluruhnya akan dialokasikan untuk amal pengobatan bagi pasien survivor kanker Indonesia di Guang Zho, Chinna.

Selama tahun 2013 sampai sekarang, Riana aktif berbagi kesaksian di sosial media, Facebook.  Accountnya yang menggunakan nama asli Meriana Rungkat, berisikan tak selalu tentang sakitnya, namun sering kali tentang parenting, tentang hubungan couple, dan lain-lainnya yang membangun dan menginspirasi pembacanya. 

Dibalik tulisan-tulisannya itu, Riana menuai banyak teman-teman baru.  Banyak diantara mereka bahkan kemudian konseling pribadi dengannya melalui inbox messager, WA maupun BBM, tentang seputar anak, keluarga dan lain-lain yang dilayaninya dengan antusias selama fisik memungkinkan.  Riana bersyukur, kalau dirinya yang sakit bisa menjadi berkat bagi yang lainnya.

Adalah sukacita besar bagi Riana, kalau ia bisa menjumpai 80-an teman-teman FBnya, termasuk rekan-rekan team menulis buku Malaikat Tak Bersayapnya di dunia nyata.

Adalah anugerah baginya, kala sang putera sulung Agra walau sering ditinggal pergi untuk berobat, tetap semangat untuk belajar bahkan saat duduk di kelas 6, ia meraih juara 1 Telling Story in English, se-kota Surabaya.  Memasuki SMP, Agra lolos tes beasiswa dan terpilih sebagai kandidat wakil ketua OSIS.

Riana sangat bersyukur, ia masih diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk berulang tahun ke-37 pada 12 Januari 2016 lalu.  Ia sangat senang memperoleh 479 ucapan selamat dan doa dari teman-temannya.

Riana mengimani, bahwa dalam kelemahan, kuasa Tuhan menjadi sempurna,   bukan untuk bermegah diri, namun ia  diingatkan jika mampu tetap berdiri saat ini ialah semata kasih karunia Allah lebih dari cukup baginya.

Sebagai penutup berikut ini adalah kutipan dari ucapan Pdt. Theofilus Sudari, “Pengalaman penderitaan di jalan ketaatan kepada Tuhan bisa mencobai dan mengancam iman, untuk meninggalkan jalan ketaatan.  Ketika dokter memvonis Riana menderita sakit kanker leukemia serius, ia justru peka melihat bahwa kanker darah yang dideritanya merupakan suatu penderitaan bersama Kristus dan siap bagi Kristus.”

Tuhan memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun