Mohon tunggu...
Celli Rossa
Celli Rossa Mohon Tunggu... Blogger -

Writting Is My Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Meneropong" Pilkada dari Kacamata Seorang Ahok

29 Juli 2016   07:21 Diperbarui: 30 Juli 2016   06:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya benar-benar dihadapkan pada dua pilihan sulit, dimana saya harus memilih hanya satu kendaraan saja. Kendaraan ini mempunyai peranan penting dalam perjalanan saya, karena kendaraan ini tugasnya selain untuk memastikan saya terdaftar sebagai kandidat pemimpin, juga mengantar saya sampai ke tempat tujuan, membantu saya dalam menghadapi dan melewati pos-pos rintangan, peraturan dan prosedur yang diberlakukan oleh pihak pelaksana, juga mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kompetisi, termasuk di dalamnya mengantisipasi semua permasalahan yang ada selama dalam perjalanan.

Saya berpikir keras, merenung, berdoa, mempertimbangkan baik-buruk dan positif-negatifnya, serta memikirkan resiko dan dampak dari keputusan yang akan saya ambil, sehingga keputusan yang saya ambil itu bukan keputusan yang acak, asal dan ngawur, tapi merupakan keputusan yang bijak, tepat, dan benar.

Saya terpikir untuk mulai mengamati kendaraan independen terlebih dahulu, karena saya merasa kendaraan ini cocok dan sesuai dengan harapan dan keinginan saya. Apalagi saya melihat pengemudi dan teman seperjalanan saya itu adalah sekelompok anak-anak muda yang militan dan luar biasa, yang menamakan dirinya sebagai Teman Ahok.

Mengapa mereka itu saya namakan anak muda yang militan dan luar biasa? Karena mereka itu telah berkorban waktu dan tenaga, bekerja keras siang dan malam tanpa pernah mengenal rasa lelah, hanya untuk mendapatkan semua atribut agar bisa tercipta sebuah kendaraan yakni harus terpenuhinya satu juta KTP agar saya bisa terdaftar sebagai kandidat pemimpin.

Anak-anak muda ini mau membayar harga dan rela berkorban karena mereka ingin memastikan nama saya tercantum sebagai kandidat pemimpin dan tentu saja goal yang diharapkan adalah untuk memenangkan kompetisi. Menurut mereka, saya adalah sosok pemimpin yang cukup kompeten dan expert di bidangnya, dan bagi saya itu merupakan kepercayaan besar yang harus dijaga. Satu hal lagi, mereka juga ingin pemimpin terbaiklah yang memimpin kota, karena mereka sangat peduli akan nasib dan masa depan Jakarta, kota dimana mereka tinggal dan ditempatkan, kota yang sangat mereka cintai.

Saya sangat bersyukur dan bangga Jakarta bisa memiliki anak-anak muda yang hebat seperti mereka. Namun sepertinya semua angan-angan saya sirna untuk bisa berkendara bersama dengan mereka, apalagi setelah saya melihat, banyaknya persyaratan dan prosedur pendaftaran yang berat dan rumit yang diajukan oleh pihak pelaksana dan pihak-pihak terkait di dalamnya yang terhubung dengan perhelatan ini. Saya tidak tahu persis apa yang ada dalam benak pikiran pihak pelaksana, saya tidak mau berburuk sangka, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan menggunakan cara lama yaitu jalur lewat kendaraan parpol, jadi salah satu cara untuk menjaga keamanan dan kevalidan data yang akan mereka peroleh dari jalur kendaraan independen yaitu dengan memperketat prosedur pendaftaran. Hanya mereka yang tahu, apa yang berkecamuk di dalam pikiran mereka.

Tapi hal ini akibatnya tentu saja bisa semakin mempersulit dan menghambat kelancaran jalannya kendaraan yang dinahkodai oleh kelompok anak muda ini. Saya juga tidak bisa memastikan dan tidak tahu, apa setelah semua syarat itu bisa terpenuhi, apa masih akan ada lagi syarat-syarat lain yang diajukan dan yang harus dipenuhi? Tak ada seorangpun yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi bahkan apa yang akan terjadi beberapa menit ke depan, semua hal bisa saja terjadi diluar perkiraan dan perhitungan kita. Apalagi kendaraan sejenis ini, sangat jarang digunakan dalam perhelatan Pilkada, jadi mungkin juga sifatnya hanya dianggap sebagai kendaraan alternatif saja.

Satu hal lagi, yang menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran saya, jika saya menggunakan kendaraan ini, resikonya adalah lebih mudah atau rentan untuk dilakukan penjegalan atau sabotase oleh pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang memang tidak menyukai jika saya dicalonkan jadi kandidat pemimpin dan kemudian terpilih.

Saya merenung dan mulai mengkaji ulang semua hal ini. Di satu pihak, saya ingin bisa satu kendaraan bersama-sama dengan mereka karena saya tidak ingin mengecewakan mereka. Tapi di satu pihak, terlalu banyak spekulasi atau intrik yang harus saya hadapi dan juga resiko yang harus saya tanggung itu lebih besar, mengingat ada banyak pihak yang tidak menginginkan keberadaan saya sebagai kandidat pemimpin. Hal inilah yang kemudian membuat saya tidak bisa tidur.

Hmmmm.... mungkin ada baiknya juga, untuk mengurangi sedikit ketegangan yang ada, ada baiknya juga, sekarang saya mulai mencoba mengamati kendaraan parpol. Kendaraan utama yang selama ini selalu direkomendasikan untuk dikendarai selama dalam perjalanan oleh pihak pelaksana.

Tentu saja, saya juga memikirkan dan mempertimbangkan semua hal dari segala segi dan sudut pandang, menimbang baik-buruknya, apabila saya menggunakan kendaraan ini, karena ada beberapa poin yang memang membuat saya merasa keberatan jika harus naik kendaraan ini. Saya harus membicarakan semua keberatan ini dengan pihak parpol, dan berharap mereka bisa mengerti, menerima masukan dari saya, dan memberi jalan keluar terbaik, itu tekad saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun