Rasisme atau rasialisme adalah keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang melegalkan diskriminasi, prasangka, dan perlakuan tidak adil atas dasar perbedaan latar belakang ras atau etnis yang dimiliki seseorang. Rasisme ada atas gagasan superioritas atau inferioiritas, bahwa manusia dapat dibedakan menjadi entitas biologis yang berbeda dengan "kelas" yang juga berbeda.
Rasisme adalah fenomena sosial yang diwujudkan dalam bentuk yang beragam dan beroperasi ke dalam semua aspek masyarakat; aksi kebencian, kekerasan, ketidaksetaraan sistemik, hingga prasangka halus yang bahwasannya memiliki hubungan sebab akibat antara anggapan beberapa ras lebih unggul dai ciri yang diwariskan sifat kepribadian, serta perilaku lainnya. Hal tersebut mendorong ketidakseimbangan kekuasaan dan memudahkan hierarki sosial. Pada 1980-an, penyelidikan ilmiah sudah memfokuskan pada rasisme institusional, structural, dan sistemik, karena munculnya ras kritis yang merupakan sebuah cabang dari gerakan studi hukum kritis
Aksi ini juga terjadi pada lembaga dan sistem politik, ekonomi, atau hukum yang terlibat dalam hal melegalkan diskriminasi berdasarkan rasa tau memperkuat ketidaksetaraan rasial dalam kekayaan dan pendapatan, serta bidang lainnya secara tertutup hingga terbuka, yang secara tidak sadar membentuk pikiran dan perilaku orang.
Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I mengakibatkan berhasilnya Partai Nazi mengeksploitasi anti-semitisme yang mandarah daging di negara itu. Salah satu aksi rasisme paling terkenal diakibatkan oleh hal ini, dimana kekuasaan direbut kemudian diterapkannya kebijakan diskriminasi sistematis, penganiayaan, hingga pembantaian massal terhadap orang Yahudi selama Perang Dunia II, yang disebut dengan Holocaust.
Di era-apartheid, Amerika Utara dan Afrika Selatan mendikte bahwa ras kulit hitam dan putih berbedan yang harus dipisahkan hingga ke lapisan-lapisan dasar hingga larangan untuk menikah. Namun, pada pertengahan abad-20, gerakan tentang tindakan rasisme mulai terkonfrontasi. Seperti halnya Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat.
Meskipun upaya-upaya dalam mengatasi rasisme sudah dilakukan dan menuaikan progress yang signifikan, hal itu tidak membuat rasisme menjadi hal yang mudah untuk diberantas. Beragam bentuk rasisme di berbagai berlapisan aspek kehidupan seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan, pidana, dan lainnya. Bahkan upaya berkelanjutan dalam menghadapi akibat rasisme seperti efek kepada seseorang dan hubungan sosialnya.
Tidak dapat dipungkiri, rasisme sulit untuk diberantas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Pada penelitian psikologi budaya, rasisme tidak hanya ada "di kepala" tetapi "di dunia", secara tidak langsung, rasisme merupakan pola budaya yang diturunkan secara historis mempertahankan ketidakadilan rasial dan membentruk struktur sosial.
1. Budaya-Psikologis terhadap Rasisme
"Fenomena budaya-psikologis dan sosial ekonomi klasik yang terdiri dari pola ide-ide yang diturunkan dan dipilih secara historis dan instantiasi material mereka dalam institusi, praktik, artefak, dan manifestasi lain dari 'pikiran-dalam-konteks' "(Salter & Adams, 2013)
Perspektif ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak statis antara perwujudan psikologis rasisme dalam pikiran dan perwujudan psikologis rasisme di dunia. Diteorikan bahwa secara bersamaan rasisme merupakan awalan dari subjektivitas psikologis dan fondasi struktural untuk menghasilkan terus menerus tindakan rasis. Intinya, ras dan rasisme adalam fenomena mendasar dalam budaya khususnya di Amerika.
2. Struktur Rasisme dalam Dunia Sehari-hari
Adanya rasisme dalam keseharian dunia menjadi bukti seberapa pengaruh rasisme membentuk masyarakat modern. Bagaimana representasi ras, etnis, dan kebangsaan tidak pernah dalam kategori netral, melainkan menurunkan historis berkaitan dengan superioritas dan inferioritas. Contohnya orang-orang Eropa yang menganggap dirinya "Putih" dan lebih dari orang yang berkulit lebih gelap.
3. Kurangnya Edukasi dan Kesadaran
Edukasi atau pendidikan berperan penting dalam rasialisme. Realitas empiris dan statistik menyatakan bahwa orang kulit hitam menghadapi kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan, namun tidak sedikit orang kulit putih menganggap sebaliknya bahkan lebih sejahtera dibandingkan mereka. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai sejarah kritis khususnya rasisme masa lalu dan mengakibatka ketidaktahuan hingga melegalkan sikap bias.
4. Rasisme Dihasilkan oleh Seleksi Preferensial
Representasi sejarah memiliki berbagai sudut pandang yang juga mengubah pola pikir dan pandangan terhadap dunia. Representasi ini merupakan contoh bahwa rasisme diproduksi melalui preferensi dan seleksi dikarenakan perepresentasi bertahan pada apa yang dipercaya dan keinginan populer, dengan kata lain memihak atau tidak netral. Bagaimana orang memilih representasi dari masa lalu dan menolak untuk memilih prefensi diluar prefensi miliknya, sehingga beriventasi dalam realitas rasisme yang melayani pertahanan dominasi ras tertentu.
Manusia pada dasarnya merupakan sebuah subjek dari suatu moralitas publik politik yang dalam gagasannya menganggap bahwa setiap manusia merupakan subjek perhatian global (Charles R. 2009:147). Amerika merupakan salah satu negara yang menjadi titik awal pembentukan kebijakan mengenai hak asasi manusia, namun hal itu belum dapat membuktian bahwa HAM di Amerika terealisasikan secara merata. Dapat diketahui bahwa Amerika merupakan negara yang paling gempar untuk menyuarakan protes protes yang berkaitan dengan kesetaraan hak seperti "Black Lives Matter" dan "Stop Asian Hate", tapi itu tidak berarti kasus rasisme yang ada di Amerika menjadi berkurang begitu saja, karena sejatinya kasus rasisme merupakan bentuk diskriminasi yang sifatnya rasial yang sudah lama terjadi dan mengakar pada masyarakat di Amerika.
Terjadinya pandemi Covid- 19 yang bermula di kota Wuhan, China, memperparah kasus Asian Hate di Amerika. Pandemi tersebut meningkatkaan kebencian, xenophobia, dan prasangka buruk kepada orang Asia- Amerika terutama keturunan etnis Tionghoa di Amerika karena menganggap bahwa China lah yang menyebarkan virus tersebut. Menurut data dari FBI, kejahatan yang berhubungan dengan Asian Hate meningkat menjadi 70% pada tahun 2020. Mereka melaporkan bahwa terdapat 279 kejahatan rasial yang terjadi terhadap orang Asia pada 2020. NBC Asia Amerika pernah bekerja sama dengan forum pelaporan online AAPI atau Asian American Pasific Islander bahwa setidaknya pada 18 hingga 27 Maret 2020, terdapat setidaknya 650 laporan langsung tentang diskriminasi yang dialami oleh orang Amerika keturunan Asia. Sebagaimana yang dilansir dari theconversation.com, bahwa dalam kurun waktu 30 tahun terdapat laporan atas kasus serangan Asian Hate sebanyak 210 kasus dengan rata- rata terjadinya 8,1% per tahun. Namun, semenjak adanya pendemi Covid- 19, kasus serangan Asian Hate melonjak menjadi sekitar 163 kasus dengan rata- rata terjadinya 81,5% per tahun.
Akibat dari penyebaran Covid- 19 di Amerika meningkatkan sentimen terhadap Asian Hate dan kemudian berlanjut ke ranah pemerintahan. Amerika Serikat menyudutkan China atas penyebaran pandemi tersebut dan membuat narasi mengenai virus tersebut dengan menyebutnya "China Virus" atau "Kungflu China" yang dilakukan oleh presiden Amerika Serikat pada tahun itu, Donlad Trump. Hal itu mendorong respon mengenai kecaman xenophobia, islamophobia, dan juga white supremacy. Respon media barat dengan ikut menyebarkan missinformasi mengenai Covid- 19. Media barat seringkali dianggap sebagai alat propaganda dan Amerika serikat merupakan sarana bagi media barat untuk menyebarkan informasi. Media propaganda sendiri akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan kepada masyarakat, sehingga membuat mereka bingung mana yang harus dipercaya dan yang tidak harus dipercaya. Dapat dikatakan, media propaganda melihat bahwa akan selalu ada ancaman dari luar dan hal itu dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulakan kecemasan dari masyarakat.
Amerika Serikat selalu menganggap China sebagai suatu anacaman. Ancaman tersebut berupa dilema posisi dominan yang dimiliki oleh Amerika Serikat sebagai negara yang berkuasa terhadap sistem internasional. Amerika Serikat melihat adanya potensi dari China untuk tumbuh dan bangkit menjadi negara penguasa. White supremacy kemudian muncul sebagai pandangan bagi Amerika Serikat dengan tujuan untuk pencegahan perubahan perekonomian dan politik Amerika Serikat dengan dominasi peran dari pekerja kulit putih. Hal tersebut membuat cara berpikir yang rasis, dimana terdapat diskriminasi dalam menjalankan peran dalam sistem politik, hukum, dan ekonomi hanya boleh dilakukan oleh orang kulit putih dan merupakan hak mereka.
Rasisme merupakan fenomena sosial berbentuk keyakinan dalam melegalkan diskriminasi di berbagai lapisan dan aspek masyarakat. Secara umum dikendalikan oleh historis mempertahankan ketidakadilan rasialis dan membentuk struktur sosial. Adanya Asian Hate merupakan sebuah bentuk mispersepsi yang dibuat oleh Amerika Serikat. Hal itu berhubungan dengan Amerika Serikat yang menganggap China adalah sebuah ancaman. Ancaman tersebut menjadi sebuah tanda bahaya bersamaan dengan adanya pandangan tentang white supremacy yang hadir di dalam politik Amerika Serikat. White supremacy sudah menjadi keyakinan yang mengakar pada cara berpikir masyarakat yang berada di Amerika Serikat. Pandangan tersebut seakan sudah menjadi doktrin dalam membuat kesimpulan yang didasari oleh keyakinan mereka sendiri, dan mereka memanifestasikan hal tersebut ke dalam lingkungan yang monolitik. Hal kebudayaan juga merupakan faktor terkuat sulitnya rasisme diberantas. Adanya anggapan bahwa rasisme adalah budaya yang mendasar.
Daftar Pustaka
Catlin Yoshiko Kandil. 2020. Asian Americans report over 650 racist act over last week, new datasays. NBC News. Diakses pada 4 Juni 2023 dari https://www.nbcnews.com/news/asian-america/asian-americans-report-nearly-500-racist-acts-over-last-week-n1169821
Hasnaa, Ananda Yuan, Alfian, Muhammad Faizal. 2023. ISU RASISME DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL : NARASI "ASIAN HATE" DAN MISPERSEPSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP CHINA DI TENGAH PANDEMI COVID-19. Journal of International Relation, 9(1), 231- 242
Paula Larsson. 2020 Anti- Asian racism during coronavirus: How the language of disease produce hate and violence. The Conversation. Diakses pada 4 Juni 2023 dari https://theconversation.com/anti-asian-racism-during-coronavirus-how-the-language-of-disease-produces-hate-and-violence-134496
Sakshi Venkatraman. 2021. Anti- Asian hate crimes rose 73% last year, updated FBI data says. NBC News. Diakses pada 4 Juni 2023 dari https://www.nbcnews.com/news/asian-america/anti-asian-hate-crimes-rose-73-last-year-updated-fbi-data-says-rcna3741
Shiao, Jiannbin dan Ashley Woody. 2020. The Meaning of "Racism". Diakses di The Meaning of "Racism" - Jiannbin Shiao, Ashley Woody, 2021 (sagepub.com) pada 3 Juni 2023
Smedley, Audrey. 2023. Racism. Diakses di Racism | Definition, History, Laws, & Facts | Britannica pada 3 Juni 2023.
Salter, Phia S., Glenn Adams, dan Michael J. Perez. 2018. Racism in The Structure of Everyday Worlds: A Cultural-Psychological Perspective. Diakses di Racism in the Structure of Everyday Worlds: A Cultural-Psychological Perspective - Phia S. Salter, Glenn Adams, Michael J. Perez, 2018 (sagepub.com) pada 4 Juni 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H