Mohon tunggu...
Celina Charin
Celina Charin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip Sejarah Toko Merah Legendaris yang Kini Berubah Menjadi Kafe Estetik

14 Desember 2023   04:20 Diperbarui: 14 Desember 2023   11:23 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toko Merah di Kota Tua Jakarta merupakan bangunan bersejarah dan juga bangunan cagar budaya. Berlokasi di Jalan Kali Besar Barat No.11, Pinang Siang No.3, Roa Malaka, Jakarta Barat ini menjadi salah satu bangunan tertua yang sering dijadikan spot foto. Bangunan ini sempat kosong, namun kembali menjadi perhatian setelah dijadikan kafe dengan konsep vintage.

Jika Anda sering berkunjung ke Kota Tua, Anda pasti pernah melihat bangunan berwarna merah yang berada di sekitar jalan di Kota Tua Jakarta. Ciri khas dinding berwarna merah menjadi petunjuk dari Toko Merah. Bangunan dengan arsitektur campuran Belanda dan Cina ini memiliki sejarah yang cukup panjang dan menarik.

Sejarah Toko Merah

Bangunan ini awalnya dibangun pada tahun 1730 oleh seorang Belanda bernama Gustaaf Willem van Imhoff sebagai kediaman pribadi. Pada awalnya, bangunan ini disebut sebagai “Rumah Besar”. Kemudian bangunan ini diubah menjadi kantor administratif oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff.

Pada tahun 1808, bangunan ini kemudian menjadi markas bagi Badan Perwakilan Rakyat Daerah (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) selama pemerintahan Daendels. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, gedung ini dikenal sebagai “Logegebouw” dan juga menjadi tempat pertemuan sosial bagi kelompok elit.

Setelah perubahan kepemilikan dan penggunaan yang berbagai macam, pada awal abad ke-20, bangunan ini diubah menjadi tempat usaha oleh seorang pedagang Tionghoa bernama Oei Tiong Ham. Ia memberikan cat merah pada bangunan, dan sejak saat itulah tempat tersebut dikenal sebagai “Toko Merah”.

Toko Merah kemudian menjadi toko perhiasan, galeri seni, dan tempat pertemuan bagi para seniman. Selama Perang Dunia II, bangunan ini dijadikan kantor pusat oleh pasukan Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, Toko Merah pernah digunakan sebagai kantor pos dan telekomunikasi.

Hingga akhirnya Toko Merah ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 1993 dan dimiliki oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) pada 19 Juni 2003. Sebelumnya, Toko Merah juga sempat memiliki kafe namun tidak bertahan lama.

Toko Merah Setelah Direstorasi

Setelah lama kosong dan diabaikan, bangunan Toko Merah kembali menjadi perhatian setelah sebagian ruangan nya dijadikan kafe Rode Winkel. Kafe ini tetap mempertahankan eksterior dan interior bangunan khas Belanda. Terdapat pintu-pintu yang besar, jendela besar, lampu gantung, tangga yang menjadi icon dari Toko Merah, dan lukisan dinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun