Masakan babi warisan Pak Tedjo ini sangat melegenda. Selalu jadi klangenan setiap pulang ke kotamu.
Dua hal yang terkenal dari kuliner di Yogyakarta: enak sekali dan murah sekali. Kali ini, izinkanlah saya berbagi makanan favorit yang tidak halal. Eh, ada yang tidak haram juga sih, di sini.
Warung ini kerap jadi rujukan setiap datang ke Yoja, sebutan akrab kota 'Berhati Nyaman' ini.
Nasi Goreng Beringharjo (Pak Tejo sejak 1968) ini ada di Jalan Mataram, kira-kira di balik Pasar Beringharjo Malioboro, atau di belakang Hotel Limaran. Begitu cara mudah menemukannya.
Menunya antara lain: nasi goreng babi/ayam/campur seporsi Rp 16 ribu, juga bakmi seporsi Rp 16 ribu baik goreng maupun rebus. Baik bakmi babi, ayam, ataupun campur. Ada juga cap cay rebus dan babi kecap. Bandrolnya sama Rp 16 ribu, setidaknya sampai tulisan ini dibikin, 23 April 2022.
Minumnya bisa teh tawar, bisa teh manis, bisa pula jeruk. Semua tentu dapat dihidangkan panas atau dingin.
"Keluarga kami berjualan nasi goreng babi dan bakmi babi mulai tahun 1968. Sejarah itu diawali oleh Mbah Trimo," kata Yustinus Sutrisno, generasi ketiga Nasi Goreng Beringharjo.
Om Yus -sapaan pria pekerja keras nan periang ini- berkisah, dari mulanya kuliner turun temurun itu punya sebutan berbeda. Ada yang menyebut 'nasi goreng sampah', atau 'nasi goreng tlethong'. Musababnya, karena warung nasi goreng itu berlokasi di timur Pasar Beringharjo, dekat tempat sampah dan parkir dokar.
"Usaha itu kemudian dilanjutkan Pak Tedjo, bapak saya, hingga sekarang saya jadi penerusnya," kata Om Yus yang setia melayani pelanggan bersama isteri tercinta, Agatha Novita.
Kadang, mereka memutuskan libur tidak berjualan.
"Iya, semalam kami off karena ada latihan koor di gereja," kata umat Paroki St Fransiskus Xaverius, Kidul Loji, ini.
Selain berkarya menggawangi kuliner unik, Yustinus sembilan tahun menjabat koordinator pengamanan gereja di depan Taman Pintar Yogyakarta itu.
"Saat ini sudah pensiun dan beralih pelayanan jadi ketua lingkungan Agustinus," ungkap pria yang tinggal di kawasan Ratmakan, Ngupasan, Gondamanan.
Yus mengaku, tamu warungnya kebanyakan memang pelanggan tetap dari kalangan Kristiani.
"Selain itu, juga anak-anak muda, mahasiswa yang menempuh kuliah di Yogyakarta," jelasnya.
Maju sehat terus, Om Yus dan Bu Novi, menghidangkan kuliner khas bersegmen khusus menjaga karakter pluralisme Ngayogkarta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H