"Apa tantangan terbesar dalam operasional, Pak Bram?" tanyaku pada pentolan hotelier.
Pertanyaan ini dipicu penasaranku, kenapa ia bersikeras mewawancarai kandidat sales executive. Maksudku, biarlah aku tangani saja.
"Saya ingin kenalan dulu," ujarnya serius tentang kandidat dari hotel tetangga itu.
Kenalan? Di akhir kisah, barulah ku paham, ia memang selalu menguji kandidat dengan cermat.
Ini pun menjadi perdebatan. Pak Bram tak mau jika saya mencomot kandidat dari hotel tetangga, Hotel Flo. Ini nama hotel samaran.
"Dia sudah resign 2 bulan lalu Pak," ujarku.
Di kota ini memang kami dilarang bajak membajak. Pantang cari gegara dengan hotel pesaing jika tak mau dikucilkan. Tapi kandidat ini resign sejak 2 bulan lalu. Jelas, hal ini tak melanggar aturan.
"Ok, go ahead!," katanya mengalah.
Pak Bram lahir di negara kincir angin, lalu menikah dengan wanita Asia. Di usianya yang mestinya telah pensiun, ia masih bersemangat.
Ia dikenal bersahaja dalam keseharian. Bukan sosok terbaik atau idolaku tapi dirinya gak pelit berbagi ilmu dunia bisnis hotel denganku. Saya merasa mendapat pengetahuan berharga yang tak didapat dari teori. Itu saja.