Energi Hospitality Meneguhkan Kejayaan Kompasiana

Mengenang perjumpaanku dengan Kompasiana, saat awal pandemi mulai merebak.

Hotel anjlog, sepi pengunjung. Bisnis hotel limbung, aktivitas lumpuh. Hoteliers menjerit.

"Zero tamu guys, you do what you can do!," perintah Bos.

Baca juga: Alasanku Menulis di Kompasiana

Sontak housekeeping pontang-panting di seluruh kamar. Semua resik. Chef dan tim, kerja bakti di dapur. Semua mengkilat, higienis.

Saya? Pulang ke Jakarta. Lha hotel gak ada tamunya, Bro.

Work from home? Gak juga. Saya belajar menulis artikel di Kompasiana. Celingukan, lirik kiri, lirik kanan sebagai pendatang baru.

Hari-hari selanjutnya, tiada hari tanpa menulis. Saya mengenang lalu bersyukur, kok bisa kulalui hari-hari bersamanya.

Dua buku pun terbit, dipandu Kompasianer Alip Yog Kusnandar. Ya, tak lain tentang kumpulan artikel di Kompasiana.

Maka, jika Anda beruntung, akan dilirik penerbit buku juga. Wah asyik ya.

Pandemi, Kompasiana, buku, catatan yang tak terpisahkan sebab momen ini adalah titik balikku tekun menulis hingga sekarang. My pivotal point.

"Hati-hati lho, nanti ditulis di Kompasiana," canda Pete, kolegaku.

Pete tahu, tulisanku selalu diangkat dari keseharian aktivitas hotel dan ini menjadi self control juga bagiku. Jangan sampai keluar jalur apalagi menendang aturan hotel. Klop!

Itu pula yang kujaga hubunganku dengan Kompasiana. Tiga tahun berlalu, melenggang bersamanya.

"Saya ingin menulis seperti Ibu," ujar Obi, lulusan SMK4 Balikpapan. Kami bertemu saat dirinya mengurus prompt night di ballroom hotel.

"Gimana caranya, Bu?" tanyanya.

Tak hanya Obi, kolegaku satu persatu penasaran. "Bayar gak sih kalau sign-in di Kompasiana, Rei?" Tak sulit mendayung sampan, mudah saja menjelaskannya.

Juni 2021, industri hospitality kembali bergairah. Bisnis hotel perlahan melangkah, ku kembali ke dunia hotel.

Sayang disayang si patokaan, betapa sulit meluangkan waktu untuk berkasih-kasihan.

"Rasa rindu membuncah," meniru gaya puisi Kompasianer Fatmi Sunarya. Tugas dan hobi, saling tarik menarik.

Dunia hotel itu dinamis, sesuai napas hospitality yang maknanya tak sekedar keramahtamahan.

Konsep marketing yang monoton, promosi yang jadoel, manajemen yang kaku, akan ditinggalkan para tamu.

Di Kompasiana?

Blog yang dilirik jutaan penulis di Nusantara dan luar negeri ini, media penyebar artikelku.

Kompasiana berulang tahun yang ke-15. Waktu yang tak singkat tercatat dalam sejarah.

Usia 15 tahun di hotel, minimal menjaring 5 model kepemimpinan. Estafet kepemimpinan yang kokoh, staf yang kompak menyokong lebih kuat dan teguh.

Kompasianer merasa memiliki, merasa mesti menegur, merasa bagian dari keluarga besar.

"Kompasiana, you stand out from the crowd!"

Program unggulan, ngetren, apresiasi, mendengarkan keluhan, itu keinginan dan harapan.

Warga yang santun, saling menghargai, menyapa, itu mutlak. Nah, inilah energi hospitality.

Segala sesuatu tiada yang sempurna, walau riak kecil itu ada, namun angin tetap tenang.

Tak payah berpangku tangan. Segala sesuatu disertai jerih payah, kata Sang Maestro, Opa Tjiptadinata dan Oma Rose.

Juni 2023, lahirlah   Hotelier Writers Community di Temu on Kompasiana. Komuniti, tempat mendulang beragam ilmu di Kompasiana.

Inspirasiana, Kompasiana Air, Kopaja71, Puisiana, Ketapel, dan barisan komuniti lain, ada di sana.

Adminnya, mereka yang cakap di bidangnya, para ahli dari berbagai profesi. Kunjungi ya.

Kesedihan terbesarku, saat waktu terhimpit untuk menghasilkan sebuah karya. Ini tantangan.

Namun penulis yang cermat, rajin, teliti akan menyuguhkan konten yang luar biasa.

Sebab itu saya percaya, setiap konten berkualitas akan dikerjakan sepenuh hati.

Menulislah dengan hati, artinya jadikan hati sebagai inspirasi saat menulis.

Hambar rasanya tanpa membaca. Ini cara berteman, sambil berkomentar.

Membaca artikel di Kompasiana pun banyak faedahnya. Itu koranku di pagi hari. Dalam perjalanan, jam rehat, waktu luang, ia menari-nari, menarikku untuk dibaca.

"Hotel lagi, hotel lagi..!" komentar Ray.

"Cari tema lain dong," usul kakakku. Gak gitu juga Sis, masih banyak yang belum dikupas. Saya terlanjur mencintainya.

Penghambat terbesar itu baperan, kolokan. Ini energi negatif. Selagi berkasih-kasihan pantang baperan.

Saling menyanjung, menghargai, begitulah. Semua hal indah akan terjalin mesra. Sip!

Tiada gading yang tak retak, kepuasan itu ada standar dan ukurannya.

Kompasiana tak dapat memuaskan seluruh warganya, ini alamiah. Namun langkah sekecil apapun, sangatlah berarti.

Sekejap lagi, menyongsong Kompasianival. Kompasiana Award 2023 di depan mata. Pasti seru!

Kompasianer hebat, siap berjejer di acara bergengsi ini.

Ember kosong, gak bisa kelelep. Jika Anda menang, jangan kelelep. Tetaplah menulis.

Kini, 15 tahun sudah usia Kompasiana. Selagi genit harus melangit. Agar menarik mesti merias diri.

Kompasiana terus melaju. "Woosh..!" secepat kereta cepat. Masa depan ditentukan hari ini.

Terus berkibar benderamu, sekarang dan masa mendatang.

Setiap perkataan adalah doa. Doa hadir, harapan mengalir. Lihatlah, semua mendoakanmu, Kom.

Selamat ulang tahun Kompasiana yang ke-15, 22 Oktober. Sukses besar kepada Pimpinan, Manajemen, Admin, dan seluruh Staf Kompasiana.

Salam hospitality