Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kereta Cepat Hadir, Bisnis Hotel Subur

2 September 2023   12:37 Diperbarui: 3 September 2023   01:17 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu kereta cepat (image by Freepik)

Sejak dulu Bandung, kota favorit orang Jakarta untuk melepas penat selain Bogor.

Selain ke tempat wisata, Bandung memikat para pelancong menikmati udara sejuk Lembang, kuliner, berbelanja busana.

Tak ketinggalan hiburan pentas seni Sunda yang dulu sering dikunjungi bule-bule Belanda.

Jarak yang terbilang cukup dekat dari Ibukota, mampu menyedot orang-orang Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi berwisata ke Bandung.

Meski kota yang mendapat julukan kota Paris van Java ini lalu lintasnya semakin padat, tapi tak semacet Jakarta.

Di ruas jalan kemacetan, Tike menghibur diri "Ah, segini sih gak macet, biasa ajalah", katanya.

Tike kawan kerjaku sekitar 19 tahun lalu ketika kami di Hotel Holiday Inn Bandung yang sekarang berganti brand menjadi Four Point by Sheraton di Jalan Ir. H. Juanda, Dago. Saat itu dikelola Bass Hotel & Resorts.

Lokasi hotel yang strategis ini pernah menjadikan HIB, hotel terpopuler di Bandung pada tahun 1997 -- 2003. Saat itu belum banyak hotel bermunculan seperti sekarang.

Sepanjang jalan Dago bertebaran kafe outdoor tempat nongkrong kawula muda. Masa itu ngetren hang out di kafe-kafe, kedai kopi pinggir jalan, ngopi di bawah pohon rindang. Begitulah.

Saya ingat banget jajanan yang dijual malam hari, jagung bakar, roti bakar, pisang bakar keju, ketan bakar, serabi oncom. Hmm nikmatnya.

Hari biasa atau akhir pekan selalu ada live akustik atau band. Grup band dengan 5 pemain musik dari kalangan mahasiswa itu menghidupkan suasana malam.

Sepanjang jalan Dago dipenuhi anak-anak muda. Suasananya masih terasa dalam ingatan.

Udara malam dingin menyentuh kulit tapi tak perlu berjaket tebal. Anginnya semilir, sejuk.

Bandung oh Bandung. Tak pernah kutinggalkan Kota Priangan ini meski menetap di berbagai kota dan pulau sebrang.

Senangnya Tike kerap menawarkan kamar gratisan untuk bermalam bila ku kesana. Tike hotel manager salah satu hotel di Bandung.

Bisnis hotel di kota ini terus melaju walau banyak hotel-hotel melawas. Hotel-hotel baru tampil menambah padatnya kota.

Harga kamar hotel meningkat tajam dari tahun ke tahun, bersaing ketat.

Kini dengan IDR 450 - 500 ribu saya cukup menikmati malam di hotel-hotel budget dengan brand lokal pula. Ya, waktu terus bergulir.

Dampak hadirnya KCJB terhadap bisnis hotel di Bandung

Dari kediamanku di Jakarta Selatan ke Bandung memakan waktu 2,5 jam berkendara, bagiku gak masalah.

Pemandangan kiri kanan sepanjang jalan tol cukup asyik. Apalagi jika Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) siap melaju tanggal 8 September mendatang. Menurut kabar media begitu.

Membayangkan tiba di Bandung hanya dalam 40 menit plus perjalanan dari rumah sekitar 20 menit, ditambah ekstra mondar mandir. Ya, kurang lebih 1,5 jam tiba.

Para pendatang lokal Jabodetabek bisa pulang pergi ke Bandung. Mau ikut lomba gowes, lomba nyanyi, melukis, kontes anjing pudel, kontes burung beo di Bandung, pakai KCJB. Ah, tak sabar menanti.

Menurut Ketua Association of Indonesian Tours & Travel Agensies (ASITA), Budijanto Ardiansjah seperti yang diulas Kompas.id, dengan adanya KCJB akan banyak para wisatawan yang pagi pergi, pulang sore, katanya.

Tempat wisata untung, pengusaha kuliner, toko oleh-oleh sudah pasti bungah. "Tapi bagaimana dengan hotelku?", ujar pebisnis hotel.

Ini pula yang disampaikan Herman Muchtar, Ketua PHRI Jabar. "Bisa jadi hotel sepi. Sekarang aja tingkat hunian 1,7 hari, seharusnya 2 hari lho".

Artinya per orang berpotensi menginap selama 1,7 hari saja yang seharusnya rata-rata 2 hari menginap di Bandung.

Menunggu kereta cepat (image by Freepik)
Menunggu kereta cepat (image by Freepik)

Mengomentari kerisauan itu, inilah teropong industri hotel di Bandung menyambut hadirnya si kereta cepat:

1. Prioritas market online

Pebisnis hotel di Bandung tak perlu kuatir hotelnya sepi. Meski Bandung tak selengang dulu, Bandung tetap akan menjadi tujuan favorit para wisatawan.

Mau ke Gunung Tangkuban Perahu, ke Kebun Strawberry di Lembang, kuliner di The Peak, Taman Hutan Raya, theme park The Great Asia Africa, ke Saung Angklung Udjo, keliling kota pakai mobil pribadi memang lebih leluasa.

Hotel-hotel di Bandung mesti lebih gencar di pasar online. Karena itu peran e-commerce sangat penting. Lagi-lagi Online Travel Agent (OTA), website, medsos, media online menjadi titik fokus.

Hotel bintang 3, 4 akan subur tuaian. Hotel bintang 5 tetap dengan marketnya tersendiri. 

Harga-harga mesti bersaing secara sehat. Hotel berbintang 5 tak perlu turun harga. Toh nanti akan mendulang cuan saat hotel-hotel di bawahnya penuh.  

Akhirnya hotel-hotel mampu mempertahankan harga yang efeknya city average room rate melambung.

2. Direct reservation akan melambung

Bersaing ketat menurunkan harga di pasar, tidaklah sehat. Sebaiknya ada hadiah, reward yang pantas dan memikat. 

Hadiah upgrade kamar, voucer gratis menginap 8 kali plus gratis 1, dan gimmick menarik bagi para tamu.

Kebanyakan traveler mengidolakan hotel tertentu, restoran, hiburan. Sekalipun harga naik, jalanan macet, mereka tetap menikmati.

Karena itu hotel yang sudah stabil, ia mantap, firm dengan langganannya masing-masing.

Setelah berjalan dari minggu ke minggu, selalu update dengan analisa pasar ya.

3. Bertambah dan tumbuh segmentasi pasar

"Selamat pagi Bapak, Ibu. BoD sudah memutuskan business review bulan ini di Bandung", demikian pengumuman dari Sekertaris direktur.

Lho rapat di luar kota kok mendadak? Easy, ada si kereta cepat. Sang sekertaris yang mojang priangan ini pun mendata nama-nama peserta rapat.

Usai rapat dilanjut team building, wisata ke Ciater, makan malam di Lembang. Jumlah peserta rapat ada 25 orang.

Ada juga seminar sehari, grup gathering, rombongan team building, para golfer dari Bogor, Balikpapan, Medan diadakan di Bandung. Sambil bekerja, ria didapat.

Ini tangkapan kakap hotel-hotel, the big fish.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan di tengah kompetitor

Sekarang ini, tiada lain yang lebih penting selain hotel-hotel bersaing memberikan kualitas pelayanan dan reward kepada tamu.

Membuat paket kamar dengan pick up service dari stasiun, tamu lebih puas.

Fasilitas shuttle service dari stasiun ke hotel, dari hotel ke stasiun sangat bermanfaat.

Namun yang menjadi kendala adalah biaya transportasi dari stasiun ke ke hotel yang bengkak. Apalagi melalui jalan tol.

Ini yang sedang diatur oleh PHRI Jabar bersama pemerintah daerah.

Akankah bisnis city trans Jakarta -- Bandung terpuruk?

Kabarnya 200 - 300 biro wisata akan menyiapkan kendaraan sewa di Bandung.

Bagi grup yang memilih bus, mobil sewaan dengan lebih dari 6 penumpang, akan mengurangi padatnya jalanan.

Bandung yang dapat ditempuh 2,5 jam dari tol Simatupang, 2 jam dari Bekasi, dari Bogor 1,5 jam, kira-kira lebih nyaman sewa mobil atau mobil pribadi?

Ini pun tak perlu dirisaukan. Segala sesuatunya akan berjalan lancar. Euforia sesaat menyambut si kereta cepat itu membuat penasaran.

Tarik menarik antara untung dan rugi selalu muncul di muka.

Biro wisata akan bersaing di pasar online. Transportasi online yang eksis akan berada di atas angin. Para sopir ojol lebih sibuk.

Pemda mesti cermat bagaimana mengurai kemacetan menumpuk di ruas jalan kota Bandung, kalau tak diantisipasi mulai sekarang.

Januari lalu, saya ke Bandung. Harga transport antar kota, city trans IDR 190k. Single seat dilengkapi AC, charger hp, air mineral 600 ml. Nyaman saja layaknya mobil pribadi.

Bila dibandingkan harga kereta cepat seperti diberitakan Kompas, yaitu terendah IDR 150k dan tertinggi IDR 350k, akankah KCJB menarik market penumpang city trans?

Kemungkinan terbesar, dampak bagi bisnis transport antar kota Jakarta - Bandung, jumlah penumpangnya akan berkurang.

Tetapi city trans, day trans  akan tetap bertahan karena sudah terjalin hubungan mesra dengan para pelanggan.

Seperti hotel-hotel yang memiliki pelanggan setia. 

Karena itu penyedia jasa transportasi mobil Jakarta -- Bandung, tak perlu galau. Tingkatkan saja kebersihan mobil, kualitas mobil dan pelayanan profesional sang sopir.

Dengan jarak tempuh singkat ke Bandung ber-KCJB, paling tidak saya ingin turut merasakan kenyamanan naik kereta cepat di negeri sendiri.

Memang bukan ekonomi instan mengembangkan bisnis transportasi ini, pun tidak instan menembus harapan, namun rencana strategis perlu disusun mulai sekarang agar segala sesuatunya berjalan lancar.

Patepang deui, sampai jumpa lagi.

Salam hospitality

Referensi:

Bukan Ekonomi Instan dari Laju Kereta Cepat dan LRT, Kompas.id, 14 Agustus 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun