"Sudah normal sih Bu, seharian saya dapat 600, 700, kadang 800 ribu,"
"Wah, bagus itu Pak!" sahutku menyemangati.
"Yah, asal kita mau putar-putar cari penumpang. Kalau ngetem di mal, mana bisa dapat segitu." Ngetem itu artinya menunggu penumpang.
Tri, sopir taksi yang rajin. Ia berkeliling mencari penumpang ketimbang ngetem di mal atau gedung perkantoran. Hasilnya? Ia mengatongi sejumlah uang lebih dari cukup.
"Masih sepi, Bu," ujar Aep, sopir taksi di perjalanan kembali ke kantor.
"Lho, kok sepi?" tanyaku penasaran.
"Iya, jumlahnya 50% yang bekerja di kantor, Bu."
"Oh WFO," sahutku.
Saya manggut-manggut. Lalu memberi ide agar jangan ngetem melulu.
Tipe Aep yang mater alias malas muter, berjam-jam di area hotel, mal, gedung perkantoran jauh berbeda dengan Tri yang aktif mencari penumpang di jalanan. Meski biaya bensin agak boros tapi penghasilan tak sedikit.
"Kalau ngetem di hotel-hotel, ada aja penumpang, tapi belum ramai, Bu. Kebanyakan tamu dari pemerintahan."
Saya manggut-manggut lagi, tidak mengomentari.