Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa Perlu Negosiasi Gaji?

30 Agustus 2021   14:21 Diperbarui: 30 Agustus 2021   19:08 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dalam perkataan, rendahkan hati. Dalam bekerja tunjukkan kemampuan"

Sistem gaji di dunia perhotelan bidang penjualan mirip sistem pegawai negeri, satu paket terdiri dari berbagai sumber.

Selain gaji pokok, tambahannya uang jasa pelayanan sebesar 11%, meliputi bonus bagi tim penjualan, tunjangan keluarga, serta uang pensiun kelak.

Maka pajak jasa pelayanan dan pajak pemerintah digabung menjadi sebesar 21% sebagai jasa melayani tamu di hotel.

Agar karyawan tak kehabisan uang saat di tengah kalender, maka sistem penggajian bisa dibagi 2 kali, yaitu gaji pokok di awal bulan dan jasa pelayanan di tengah bulan.

Bukan itu tujuan utamanya, tapi cara itu cukup membantu juga untuk menyiasati karyawan yang boros.

Jika Anda membayar mahal harga kamar hotel sesuai bintang, itulah yang membedakan besaran upah jasa pelayanan masing-masing.

Di Jakarta, Bali, dan kota-kota besar lainnya bahkan uang pelayanan dapat melebihi upah minimum regional (UMR). Semakin tinggi harga kamar, semakin besar uang pelayanan akan diterima karyawan.

Jika gaji pokok yang akan diterima setiap bulan tidak berubah jumlahnya, sebaliknya uang pelayanan tak tentu angkanya.

Semakin karyawan sibuk, kian besar jumlah uang pelayanannya (service fee).

Meskipun sistem penggajian telah menjadi standar hotel, calon pekerja bebas melakukan negosiasi gaji.

Saya jarang tawar menawar masalah gaji. Bukan karena malu tapi karena pengalaman mematok harga berakibat gagal direkrut.

Sebelum pandemi, pengalaman negosiasi gaji kesannya jasa kita mahal banget. Jika disetujui oleh perekrut patut bangga sebab mereka golongan yang diperhitungkan dan dipandang bernilai.

Dahulu, saking banyaknya tawaran pekerjaan, asyik juga nego sana sini, semacam uji nyali. Prinsipnya nothing to lose. Gagal satu, jatuh ke pelukan lain.

Namun hasil tawar menawar tidak luput dari tuntutan perusahaan. 

Bak kipas angin, mesin penggerak berisiko tinggi sebab sebagai tumpuan energi. Gaji tambun, beban berat, tanggung jawab pun membengkak.

Perekrut akan mempertimbangkan banyak hal termasuk catatan perilaku anda di tempat sebelumnya (Ilustrasi Pixabay gratis)
Perekrut akan mempertimbangkan banyak hal termasuk catatan perilaku anda di tempat sebelumnya (Ilustrasi Pixabay gratis)

Dalam perjalanan karir, sudah mafhum pasti terjadi diskusi terkait gaji.

HR Manager enggan buang waktu. Bila gaji yang dikeluarkan jauh melebihi bujet perusahaan, biasanya lolos pada tahap pertama.

Nada-nadanya ingin mengupas kualitas pelamar. Jika diterima dan disetujui, artinya kualitas pelamar di atas rata-rata.

Melamar pekerjaan bagai menjual kecakapan. Saling cocok dari kesan pertama bisa jadi membahagiakan. Bisa juga salah satu pihak meninggalkan. Nasib pencari kerja memang begitu.

"Lakukan yang terbaik. Kerjakan sekuat tenaga untuk mendongkrak pendapatan hotel. Jika angka meningkat, mintalah apa saja yang kamu inginkan." Ujar seorang manager seniorku.

Kalimat itu selalu kuingat yang menjadi titik balik hidupku sejak puluhan tahun lalu, saya jarang nego gaji setelahnya.

Namun sebaliknya saya menantang. Jika selama 3 bulan tidak ada kemajuan dalam tim dan pemasukan bagi hotel, saya siap diberhentikan. Ini taruhan yang tidak main-main.

Ada pula situasi di mana memaksa saya untuk nego gaji ketika gaji yang diberikan jauh di bawah standar.

Tahukah Anda, terkadang perusahaan bermaksud menguji kualitas pelamar.

Nego gaji sah-sah saja. Anda sendiri yang dapat mengukur kualitas kinerja.

Kini saya dihadapkan pada kandidat karyawan yang doyan tawar menawar. Sebagai kepala departemen pun turut menentukan besaran gaji.

Ada 2 hal sebelum masuk dalam proses tawar menawar. Momen bergengsi ini sejatinya dilakukan secara hati-hati. Cari tahu kedua hal ini:

  1. Ketahui besaran gaji standar di perusahaan pesaing yang sepadan.
  2. Perubahan signifikan apa yang akan dibagikan untuk perusahaan. Hal ini semacam janji profesional secara verbal; jika perusahaan merekrutku, apa dampak besar bagi perusahaan. Hubungan timbal balik yang sportif.

Setelah mengantongi jawaban itu, Anda dalam posisi aman.

Tahap berikutnya yaitu teknik negosiasi:

Pertama, tanya terlebih dahulu dengan santun, "Saya boleh tawar, Bu?"

Pasti ia akan berucap, "O, silahkan. Itu hak pelamar"

Kedua, sampaikan langsung nominalnya. Jangan berkisah putar-putar. Biasanya besarannya antara 8% hingga 10% di atas gaji di tempat terdahulu.

Ketiga, hindari meminta nominal lebih dari 10% standar hotel kompetitor.

HRD sudah tentu memiliki catatan standar gaji di kota itu jadi jangan berbohong. Sampaikan dengan berterus terang dan alasannya.

Negosiasi adalah tahap awal menunjukkan kualitas kinerja kita. (Ilustrasi Pixabay gratis)
Negosiasi adalah tahap awal menunjukkan kualitas kinerja kita. (Ilustrasi Pixabay gratis)

Bekerja itu belajar. Setiap waktu tertentu meninggalkan rapot kita. Gaji itu hadiah, rezeki yang didapat setelah bekerja.

Imbalannya sesuai kecakapan. Semakin diasah kecakapan, semakin tinggi bayarannya.

Tujuan bekerja mencari nafkah, ya benar tak usah disangkal. Namun ada suatu hal yang tak boleh terlupa, Anda bekerja mendatangkan prestasi atau tidak?

Jika tidak menuai prestasi, pekerjaan terasa membosankan lho. Gaji setahun, tak berubah nominalnya. Kenaikannya pun tak seberapa.

Namun dengan prestasi, Anda mudah meraih bintang. Mungkin tidak sekarang, tapi itu sangat menjanjikan untuk masa depan berkarir.

Gaji besar, gaji kecil, tergantung kita memandangnya. Jika bekerja memandang uang sebagai tujuan utama, maka akan memberi kepuasan sesaat.

Gaji mengikuti prestasi, Bung! Entah naik jabatan, diberi tambahan fasilitas kantor, diberi tunjangan keluarga, diberi bonus, dan sebagainya, atau tetiba ditelpon relasi untuk satu jabatan lebih tinggi.

Atasan yang baik pasti mengajarkan banyak hal terhadap karyawannya, termasuk bekerja cerdas sehingga karyawan meraih prestasi

Mereka adalah aset perusahaan untuk jangka panjang. Jika karyawan produktif dan efektif, sudah tentu manajemen yang sehat, menaruh perhatian besar terhadap gaji setiap karyawan.

Mengapa nego gaji?

Nego gaji boleh saja, tak perlu malu menawar gaji jika kita tahu kualitas dan kemampuan diri dalam berkontribusi bagi perusahaan. 

Dunia kerja itu luas membentang, seluas samudra Pasifik. Anda dapat mengarungi samudra dengan kecakapan itu.

Tapi bung, harap injak rem untuk nego gaji di masa pandemi. Jangan-jangan perusahaan ragu merekrut karena kondisi yang belum mendukung.

Namun cobalah! Jika sulit karena kita belum melakukannya.

Salam hospitality.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun