Penggunaan losmen diselewengkan. Tamu sekadar numpang lewat. Satu, dua jam bisa transit.
Bayarannya sangat murah. Harganya mulai dari Rp 79.000 hingga termahal Rp 112.000 per malam. Harga ini berlaku di zaman kiwari.
Prosedur check-in gampang. Datang langsung (go show), tanya kesediaan kamar lalu check-in. Bila kamar penuh, tamu disuruh menunggu beberapa menit saja.
Pergantian waktu check-in dan check-out tidak berstandar. Sprei, sarung bantal dekil.
Nah, tersebab murahnya kamar dan prosedur check-in yang super easy, pekerja seks komersial (PSK) mulai melirik losmen.
Pemilik perlu duit, PSK perlu duit. Akhirnya peluang terbuka bagi PSK untuk bekerja sama dengan pemilik losmen.
Citra losmen tercoreng. Konotasinya negatif. Padahal banyak pemilik losmen yang berakhlak, tetap turut aturan. Pantang dipakai tempat prostitusi.
Losmen itu salah satu varian dari hotel melati. Varian lain yaitu homestay, guest house, hostel. Sedangkan hotel melati merujuk pada golongan atau kelas.
Ada berapa kelas hotel melati?
1. Melati kelas 1
Minimal harus tersedia 5 kamar. Fasilitas tempat tidur, kursi, meja.
2. Melati kelas 2
Minimal harus tersedia 10 kamar. Fasilitas tempat tidur, meja, kursi, TV, kamar mandi, Restoran.
3. Melati kelas 3
Minimal harus tersedia 15 kamar. Fasilitas tempat tidur, meja, kursi, kamar mandi, AC, TV, restoran, meja resepsionis, lobi.
Kita mengenalnya dengan sebutan penginapan melati.
Begitu sederhana dan mudahnya mendirikan usaha golongan hotel melati ini sehingga penginapan ini nyaris tidak berstandar, apalagi bersertifikasi.