"Hotel melati itu bintang berapa, samakah dengan losmen?"
Pertanyaan itu datang dari Kompasianer, Pak Sirpa, di kolom komentar " Melati Untuk Ibu Hennie Triana dan Ibu Nana Marcecilia". Masih tentang hotel melati.
Dengan senang hati saya menjawab..
Sekitar tahun 1980, saya sempat menyaksikan tayangan drama berseri "Losmen" di TVRI. Tayangan asli.
Saya masih di sekolah dasar saat itu, tapi ikut-ikutan nonton bersama keluarga. Maklum saluran TV cuma itu satu-satunya.
Asyik juga nonton drama itu. Lakonnya ada Bu Broto diperankan Mieke Widjaya, Mang Udel, Mathias Muchus, dll.
Sekilas cerita, losmen Bu Broto yang tadinya ramai tamu tetiba sepi. Pasalnya losmen tumbuh bak cendawan selepas hujan, banyak muncul losmen baru.
Bu Broto pasang strategi. Pemilik dan keluarganya harus tampil beda. Mereka melayani lebih ramah daripada pemilik losmen lain.
Hebatnya pada zaman itu penonton sudah mendapat pelajaran tentang dasar hospitality, yaitu keramahtamahan. Tamu-tamu Bu Broto dianggap keluarga.
Strategi ini menjadikan losmen Bu Broto paling laku. Tamu senang menginap di tempatnya. Suasana kekeluargaan. Tamu disambut hangat. Losmen Bu Broto jadi terkenal.
Bumi berputar, zaman beredar. Wujud losmen bergeser. Begitu mudahnya menginap di losmen. Bahkan tanpa embel-embel KTP pun bisa langsung check-in.