Hilary memang senior di kantor, tapi kami merasa tidak semangat didekatnya. Entah jaga image atau karena pribadi yang introvert.
Sikapnya yang sombong itu tidak memberi aura positif di kantor. Ia pantang menerima bantuan. Sampai-sampai ia buang sampah sendirian, makan siang sendirian, beli kopi instan ke toko di lobi sendiri.
Gaya Hilary yang irit bicara ini membuat komunikasi terhambat. Hilary seolah jadi batu sandungan.
Semua tahu, ia cerdas dan dapat diandalkan. Namun kurang gaul, terkesan sombong.
Komunikasi yang tersendat ini berujung pada komplain berat dari pemilik salah satu hotel di Pulau Jawa. Dua bisnis prospek gagal diraih.
Alasannya mirip dengan Pak Amir. Enggan dilayani Hilary. Jadi yang maju, kalau bukan Venty, pasti diriku.
Bos mencak mencak tapi masih berbaik hati. Hilary dipindahkan sebagai revenue manager, tidak lagi business development.
Di sana, dirinya tidak memerlukan diskusi panjang dengan kolega karena semua dalam bentuk laporan. Teman setianya yaitu komputer di hadapannya.
Menghadapi senior di kantor memang perlu kesabaran ekstra. Apalagi hasil rekrutan bos.
Jika dibiarkan, dapat merusak bisnis dalam genggaman juga penyebab prospek bisnis miliaran menguap.
Senioritas itu tidak mengandalkan kepintaran saja. Perilaku, sikap positif pun sangat dibutuhkan. Perangai yang positif dalam pergaulan akan membentuk pribadi matang.