Hotel dijadikan tempat persembunyian buron? Begini kisahnya..
Proses penangkapan seorang buronan yang bersembunyi juga menjadi topik hangat di media. Peristiwa ini terjadi puluhan tahun silam.
Sebelum hari-hari penangkapan, Mr. Jack seorang pria paruh baya ini hanyalah tamu biasa, tidak mengeksklusifkan diri.
Kesehariannya biasa saja. Bedanya dari tamu lainnya, Mr. Jack royal. Sering memberi tip yang tambun. Namun demikian, ia tidak pernah mengobrol dengan staf.
Karena sikapnya yang bersahaja, karyawan menaruh hormat padanya. Semua staf hafal dengan makanan kesukaannya, jam ke kantor, serta jam kembali ke kamarnya. Selebihnya status kamar "incognito".
Suatu hari, dua orang pemuda gagah duduk-duduk membaca koran sambil ngopi di lounge di area lobi. Kedua intel itu pernah menghadap bos guna pengajuan operasi senyap. Kehadiran mereka dalam rangka penyamaran di area hotel. Kami dilarang mendekat pun tidak boleh acuh tak acuh.
Di waktu yang tepat, tamu long stay yang diduga buronan itu akhirnya dicokok di luar hotel. Drama itu berakhir dengan kejar-kejaran mobil selepas meninggalkan hotel. Kisah selanjutnya, rahasia aparat.
Sejauh mana manajemen hotel meluluskan permintaan status incognito?
Pertama, meski status incognito disematkan pada data sistem dari pemohon, tetapi manajemen tetap kooperatif, terutama bila tamu bersangkutan, target dari aparat.
Tak seorang pun dapat menyembunyikan kerahasiaan dari aparat penegak hukum.
Manajemen berhak menolak tamu yang berpotensi melanggar etika juga berpotensi mengundang keributan di hotel.
Pihak hotel tidak melindungi tamu yang terlibat kriminal juga tidak memberi tempat persembunyian bagi pelaku kejahatan.
Kedua, Senyampang tamu berstatus incognito tidak menimbulkan kerugian atau huru hara di hotel, maka manajemen tetap wajib melindungi.
Namun sikap yang mengundang kecurigaan, akan dicatat sebagai bukti apabila terjadi masalah. Contohnya sikap tamu yang berlebihan (overacting). Seperti Mr. Jack yang amat royal, pemberian tip yang tidak wajar. Membawa 5 remaja wanita ke kamar, dsb.
Status kamar yang selalu incognito berhari-hari, sepanjang waktu. Inipun mengundang kecurigaan. Status ini biasanya diberlakukan selama tamu menginap dengan jangka waktu pendek.
Gaya hidup para pelarian, acapkali membidik hotel-hotel berbintang. Mengapa? Sila baca pada artikel terkait ya.
Sebagai hotelier, saya mengamati, mereka biasanya individu yang merasa kepalang tanggung. Menyisakan hari-harinya dengan membeli kesenangan hidup padahal dalam sekejap dihadang tangkapan. Umumnya bergaya hidup foya-foya, sementara dalam pelarian.