"Pak Rudi, bagaimana ini? Siapa yang bilang, penonton boleh pesan tempat duduk?" begitu tanyaku pada kolega.
"Begini saja, kita penuhi lobi ini dengan kursi. Asal mereka harus bayar makan!" Wajah Rudi agak tegang, demikian juga diriku yang panik.
Satu persatu, kursi dari ruang banquet diturunkan. Sim salabim! lobi pun penuh oleh penonton. Lebih dari 150 orang akhirnya mendapat kursi. Penonton membludak jauh dari perkiraan.
Tayangan piala dunia itu gratis bagi tamu yang menginap. Namun penonton dari luar hotel harus membeli kudapan sebelum ke pesta bola.
Tampak hidangan nasi goreng, mie goreng, kwetiau, buah potong, air mineral. Tipe prasmanan, boleh makan sepuasnya.
Suasana tengah malam menjadi meriah. Pesta bola itu tidak mengganggu tamu yang menginap sebab lantai kamar berada di lantai 5.
Dua wanita muda cantik turun dari mobil. Mereka utusan dari sponsor rokok. Langkah gontai, melenggak-lenggok kala seluruh mata tertuju padanya.
"Rokoknya Pak. Mumpung promosi," katanya kepada seorang tamu.
"Ada merek lain gak?"
"Gak ada dong Pak, ini kan dari sponsor!"