Ndilala, ada sponsor dari perusahaan ternama. Ada juga sponsor lain tapi hanya pelengkap saja. Jadilah area nobar di sudut cafe itu. Penontonnya membludak, tak mengira bakalan berjubel.
Begini kisahnya..
Kisruh lalu digoyang penonton
Hari pertama, saking membludaknya, tamu tak kebagian tempat duduk. Ruang yang ditata untuk 50 penonton, yang datang lebih dari 150 orang.
"Kak, masa saya kebagian di sini sih. Saya kan sudah pesan duduk di depan!" ujar Mas Edi, pemuda tanggung.
"Aduh Mas, nobar ini gak pakai pesan kursi. Siapa datang pertama, cari tempat duduk sendiri ya," jawabku. Mas Edi tidak puas dengan keteranganku. Ia tetap duduk disitu.
Tetiba saya dihampiri seseorang. "Kak, saya kok gak kebagian kursi?" ujar seorang tamu dengan rombongan kecil di belakangnya.
"Sebentar Bang, saya periksa dulu ya," jawabku menenangkan.
Saking banyaknya penonton yang tak mendapat kursi, mereka mulai gelisah. Pasalnya, semula nobar diperuntukkan tamu kamar saja, tapi belakangan kita membukanya agar tak tampak sepi. Yang diharapkan, akhirnya tidak terjadi. Tamu dari luar hotel pun berdatangan.
"Ah, payah, payah!" mulailah mereka meneriakkan yel-yel "kacau! kacau! kacau!" terdengar seperti lagu mars, kompak. Entah siapa provokatornya.
Saya kaget karena yel-yel semakin bergemuruh dan serempak.