Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Penthouse

18 Juni 2021   17:21 Diperbarui: 20 Juni 2021   09:27 2956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu kondisi seluruh ruang dan kamar harus dalam status vacant clean. Harus selalu siap digunakan kapanpun.

Adik dari penthouse dinamakan presidential suite. Bedanya presidential suite memiliki fasilitas tidak selengkap dan luas ruang di bawah penthouse.

Di bawah level presidential suite, masih terdapat kamar suite lain. Penamaan business suite, junior suite, executive suite, family suite, itulah contoh kamar suite yang kamarnya memiliki luas lebih besar dibanding kamar deluxe, superior atau standar. Jumlah kamar dari tipe masing-masing kamar suite, tidaklah banyak, dapat dihitung dengan jari.

Bumi berputar zaman beredar, keadaan zaman selalu berubah, nama penthouse disematkan pada sebuah rumah tinggal yang mewah nan megah di apartemen.  

Seperti drakor "The Penthouse" yang berkisah tentang penghuni apartemen mewah yang memiliki ambisi masing-masing. Cerita seorang wanita yang ingin memasuki strata sosial kelas atas. Itu semua terjadi di lantai 100, di penthouse apartemen.

Hotel dan apartemen memang mirip saudara kembar. Indentik tapi berbeda. Yang mana yang lebih cantik? Ya keduanya cantik asalkan pandai mengatur kecantikan dari luar dan dalam.

Apabila sematan nama penthouse turun ke level kamar suite, ini masih nyambung, tapi jika hotel melati, hotel berbintang dua, latah melabelkan diri sebagai penthouse, tidakkah mengecohkan? Adalah hak pemilik memberi brand pada hotelnya, hanya saja penyematan suatu produk sebaiknya tidak hiperbol.

Nama unik lebih keren ketimbang ikut-ikutan

Penyematan suatu produk, merek dagang, kadang sengaja diplintir sebagai daya tarik. Ingin terkesan keren, kekinian, ngetren padahal kualitas produk yang dijual jauh panggang dari api, tidak seperti yang diharapkan.

Mengapa tidak sekalian saja melabelkan hotel dengan nama unik. Di luar negri tidak sedikit pemilik memberi nama hotel yang unik, contohnya The Truth Hotel, Red Box Hotel, Joke Hotel.

Di Indonesia, bagi hotel independen, nama-nama ini lebih menjual; Hotel Gatot Kaca, Hotel Resik, Hotel Arjuna, Hotel Keluarga. Nama nyeleneh pun tak mengapa, yang penting jangan kepalang tanggung, ke langit tak sampai, ke bumi tak nyata.

Penthouse di tawang seyogianya memang berada di awang-awang, di antara langit dan bumi. Namun bila produk tak sepadan, di luar pengertian itu, penthouse berarti mewah.

Bukankah penyematan nama yang tidak tepat akan mengaburkan pelayanan dan konsep suatu produk?

Salam hospitality.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun