Salah satu penthouse yang pernah kami kelola ketika saya menjadi staf di salah satu hotel berbintang 5 di Jakarta tahun 2006. Hotel yang akhirnya berstatus independen itu, kini berfungsi sebagai tempat istirahat tenaga kesehatan virus corona sejak negri dilanda pandemi hingga kini.
Hotel itu memiliki penthouse seluas satu lantai di tingkat teratas, dilengkapi spa dan kolam renang privat. Jika dibandingkan penthouse desain zaman mutakhir, rasanya jauh sekali. Namun semasa itu, cukup ternama.
Suatu ketika kami menerima pemesanan penthouse dari seorang saudagar asal Dubai. Saudagar datang dikawal beberapa pengawal serta petugas keamanan asal negrinya.
Satu kamar utama dihuni saudagar itu dan 2 kamar lainnya untuk para pengawal. Harga penthouse yang ditawarkan tahun itu sebesar Rp 50 juta/kamar/malam.
Membangun penthouse beresiko jarang dibeli, jarang laku atau hanya laku bila terselenggara event internasional. Namun demikian perawatan perabot, fasilitas di penthouse harus dibersihkan setiap hari.
Penthouse yang berada di awang-awang
Pertama, fasilitas yang membuat tamu one stop staying, segalanya tersedia bagi tamu. Kedua, lokasinya yang berada di lantai teratas terhindar dari keramaian di lobi serta bisingnya lalu lalang kendaraan.
Seluruh fasilitas lengkap di dalam termasuk 3, 4 hingga 5 unit kamar, kolam renang, spa, tempat kebugaran, sauna, whirpool, dapur, pantry, biliar, ruang karaoke, bar. Tentu saja dilengkapi butler service, yaitu petugas hotel yang melayani tamu tersebut.
Kelengkapan fasilitas di penthouse melambungkan harga jual, dilengkapi perlengkapan sehari-hari (top of the line amenities) sebagai gaya hidup mewah. Mulai dari timbangan berat badan digital hingga alat pedikur, manikur.
Mereka yang kerap tinggal di sana adalah presiden sebuah negara, para profesional, pejabat yang menjamu tamu dari luar negri, pasangan yang berbulan madu (honeymooner), keluarga besar yang memberi hadiah ulang tahun perkawinan kepada orang tuanya, dan lain-lainnya.
Seperti kamar lainnya di hotel, penthouse tidak diperbolehkan sebagai tempat acara privat yang mengundang huru hara, atau pesta-pesta asusila.
Tersebab harga yang membubung tinggi maka penthouse menarik sedikit pembeli. Namun jika terjual satu malam saja, sebanding dengan menjual 40 hingga 45 kamar standar dalam satu malam.