Lalu penjahit, lalu kelindan. Bila usaha pertama berhasil, niscaya usaha berikutnya akan berhasil jua. Agar tulisan dibaca banyak hotelier saya unggah pula di media pencari lowongan kerja, Linkedin. Pembacanya tak tanggung-tanggung. Semakin legalah rasanya.
Suatu hari, seorang pembaca bereaksi di media Linkedin. Ia menggarisbawahi tulisanku perihal perubahan yang layak dilakukan dalam tim pemasaran hotel. Konten itu berjudul "Kacamata Sales Marketing Terhadap Hotel". Isu kekinian berupa kritik positif.
Apa yang salah dalam tulisan itu?
Seorang pembaca menangkap pandangan berbeda dari tulisanku. Ia protes! Namun demikian hampir seluruh pembaca menanggapi positif. Jadi? Saya tetap menulis.
Semakin mendapat respon dari banyak hotelier, kian bergairah untuk menulis lebih baik lagi. Mungkin itu hanyalah riak kecil yang berusaha memadamkan semangat, pikirku.
Saya menjadi bahan perbincangan di media itu, terkait isu konten yang krusial selama ini.
Hati terobati. Rasa lega menyapa. Menurunkan pengetahuan bukan saja berdiri di depan forum, tapi menyuguhkan tulisan yang dapat dibaca siapapun.
Tak hanya melepaskan uneg-uneg, tekadku menuangkan apa yang kuketahui. Tiada kata terlambat. Saya semakin mampu mengolah rasa menjadi karya positif bagi hotelier dan seluruh pembaca.
Seperti sebuah film drama yang menyentuh perasaan, seorang penonton hanyut dalam kesedihan, ada pula yang menangis. Ada juga yang menanggapinya biasa saja, tidak bereaksi.
Dari rasa menjadi suatu tulisan yang ditunggu-tunggu
Demikian sebuah tulisan dapat memancing pertentangan, antipati, juga simpatik, empati. Jikalau segala sesuatunya disampaikan dengan santun niscaya pembaca akan simpatik.
Strategi penyebaran sudah dikuasai, selanjutnya mencari isi konten yang aktual, menarik dan bermanfaat bagi hotelier. Tidak berlebihan disebut aktual sebab hingga saat ini banyak konten lawas masih dirating oleh pembaca.
Setiap kali terlintas pokok pikiran bahasan, saya mencatatnya agar tidak terlewat. Akhirnya terkumpulah beberapa daftar judul bahan artikel.
Namun terkadang saat hendak menulis, suasana hati tidak mendukung. Tiada yang salah. Gejolak panas dan padam suasana hati adalah lazim.