Kini kulitku gelap. Saya pangling dengan warna kecoklatan. Tapi, kok kulit terasa perih, panas seperti terbakar. Lalu saya oles hand body berulang-ulang untuk melembabkan juga agar perih hilang.
Alamak, tak lama berselang samar-samar muncul bercak putih dan hitam seperti spruten yang sering muncul di wajah. Tak hanya itu, kulit tampak keriput dan cepat kering. Wah, saya panik! Mau geulis, malah tak karuan.
Cuti pun usai, saya kembali terbang ke Kalimantan Barat.
Kupadang lagi kulitku. Wah, ini menunjukkan gejala tidak sehat. Barangkali terlalu lama di bawah sinar matahari. Sambil mencari obat yang cocok di internet, saya tetap melakukan aktifitas di kantor seperti biasa.
Menemukan obat alami lidah buaya
Suatu hari, dalam perjalanan blusukan ke beberapa perusahaan di Siantan Hilir, Pontianak Utara, tanpa sengaja melihat plang di UPTD Agribisnis.
Diliputi penasaran, saya minta setop di tempat itu yang ternyata adalah perkebunan Aloe Vera Center. Jarak dari pusat kota ke tempat itu sekitar 1,5 hingga 2 jam di perjalanan.
Dari muka bangunan tampak plang nama UPT Agribisnis yang dikelola oleh Pemerintah Kota Pontianak, Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan. Kami dipersilahkan masuk oleh seorang pegawai.
Di ruang depan, tampak berjejer etalase dari berbagai produk aloe vera. Aloe vera nama Latin dari lidah buaya. Kemasan shampo, sabun, hand body, kosmetik hingga produk jajanan manisan dan kudapan lain tersedia di etalase.
Setelah itu kami diajak melihat perkebunan lidah buaya yang luas membentang seperti tampak pada foto.
Kemudian menyusuri jalan di tengah kebun itu menuju sebuah bangunan lain. Seorang ibu dan bapak menyilakan kami duduk dan mulai perbincangan seputar bisnis lidah buaya ini. Saat itu bulan Mei 2017.