Saat SMA, guru bahasa Inggrisku bertanya, "Saya punya teman bule dari Perancis, siapa yang bersedia menerimanya tinggal di rumah?"
Saat bubar sekolah, saya mendekati pak guru untuk mengetahui detail siapa gerangan tamu itu.
"O mereka berdua suami istri sedang berkeliling di wilayah Asia. Mereka tiba di Indonesia 2 hari lagi".
Keesokan hari, saya sampaikan kepada pak guru bahwa kami bersedia menerimanya. Pak guru senang sekali, saya pun senang karena kesempatan belajar bahasa Perancis.
Benar saja, kedua tamu backpacker itu, baru saja menikah. Mereka berkeliling ke berbagai negara di Asia sebagai self reward.
Bagi yang belum tahu backpaker, backpacker merupakan aktivitas seseorang yang berwisata dengan membawa pakaian dan barang-barang dengan menggunakan tas punggung.
Saya mengingatnya setelah sekian lama berpisah. Para backpacker itu bernama Colette dan Adam. Masing-masing membawa ransel super besar. Pasangan ini akan tinggal selama 3 malam, 4 hari. Tapi kami tidak memungut bayaran dari mereka, sebab mereka kawan guru bahasa Inggrisku.
Kabarnya Colette dan Adam menuju ke Malaysia setelah kunjungannya ke Indonesia.
Hostel pilihan favorit bagi backpacker
Bagi publik, sebutan backpacker berkonotasi irit biaya. Bagi backpacker, tiada yang lebih nyaman selain menemukan tempat yang murah dan sederhana, asalkan bisa mandi lalu rebahan.
Untuk rombongan lebih dari 3 orang, mereka dapat selalu bersama karena ruang tidur tidak bersekat. Bagi solo traveler atau pasangan akan ditempatkan di kamar berukuran kecil, bahkan super kecil. Tentang solo traveler dapat dibaca tautannya di sini.
Bila tiap-tiap kamar hotel dipenuhi fasilitas TV, AC, mini bar, hostel hanya menyediakan tempat tidur dan kamar mandi yang saling berbagi dengan tamu lain. Jadi bergiliran jika hendak mandi, antri jika hostel penuh.
Dalam rombongan wisata, biasanya mereka nyaman saja tidur dalam satu ruang karena masa tinggal yang singkat. Mereka, mahasiswa atau muda mudi berusia 17 hingga 35 tahun.
Hostel populer di kalangan backpacker. Dengan waktu menginap singkat, mereka jarang kembali ke tempat yang sama. Begitulah anak muda yang gemar mencari suasana berbeda.
Apakah tamu hostel selalu dari kalangan backpacker?
Karena hostel biasanya berlokasi di tengah kota, ada juga yang masuk melalui gang-gang sempit, maka Anda jangan berharap disambut oleh doorman atau doorgirl.
Pernah terjadi ketika di Kuala Lumpur, seluruh hotel penuh karena acara tahunan (international event). Hari telah larut malam, saya menginap di hostel dengan bayaran dibawah IDR 350 ribu di pusat kota.
Sementara bila dibandingkan hotel bintang 2 saja, harga hotel jauh di atas itu, sekitar IDR 650 ribu per kamar per malam.
Saat itu menginap guna keperluan mandi sekaligus bahan survei serta sekalian mencari pengalaman bermalam di hostel.
Hostel selalu digambarkan sebagai tempat-tempat horor. Film-film kerap memberi judul hostel yang berhubungan dengan hantu dan sebagainya. Tidak tahu pasti tentang hal itu, mungkin karena banyaknya hostel tua dan angker, tidak terawat.
Ketika bermalam di hostel itu, saya berjumpa dengan backpacker yang berkeliling ke berbagai negara di Asia. Jack, mahasiswa dari Inggris, rencananya berniat berkeliling ke beberapa negara Asia dalam 10 hari.
Negara pertama yang dikunjunginya adalah Thailand, lalu Malaysia dan Indonesia. Ia tinggal di Indonesia selama 4 hari.
Alasan tinggal di hostel tentu saja hemat biaya selama perjalanan. Asalkan tiket pesawat serta biaya makan tercukupi, ia sudah puas.
Jack pun membawa kamera khusus untuk keperluan artikel di blog pribadi beserta komputer. Baginya momen yang berkesan bila ia dapat melalui dengan selamat dan membawa segudang konten yang akan dituangkan dalam blognya.
Backpacker yang menjadi tukang cuci piring
Di satu kota, saya bertemu seorang turis dari Belanda, namanya Anna. Suatu hari, ia menawarkan jasa mencuci piring di restoran padang.
Namun Anna tak menginginkan bayaran uang, melainkan bebas satu kali makan siang atau makan malam.
Di luar dugaan, pekerjaan mencuci piring di restoran padang tak kunjung henti karena tamu selalu penuh.
Ia pun undur diri di hari ke-3, tak sanggup dengan seabreg cucian piring kotor. Entah ke mana ia setelah dari situ. Ia pamit, tak lagi singgah ke restoran.
Dipikirnya, mencuci piring takkan sebanyak itu. Jangankan di restoran, di rumah tangga saja urusan cuci piring tak ada tuntasnya.
Jack dan Anna telah merencanakan menginap di hostel yang meringankan biaya perjalanannya. Mereka memiliki mental tangguh sebagai backpacker, sehingga ke mana pun tak perlu merasa kuatir.
Bagi mereka berkeliling ke berbagai negara adalah kebanggaan meski harus menginap di hostel.
"I have saved the money for 3 years", ujarnya. Jadi selama menabung 3 tahun, ia baru dapat bepergian. Halnya Jack, ia bekerja sebagai freelancer di salah satu perusahaan online.
Hostel memang kurang dikenal publik, hanya orang-orang yang mengenali hostel yang akan menginap di sana.
Kelebihan dari hostel:
- Bagi pelancong yang simpel, solo traveler atau rombongan kecil, tentu hostel mudah ditemukan di segala pelosok.
- Usia muda yang energik, membuat segalanya serba cepat. Tidak memerlukan pemesanan terlebih dahulu dan proses check-in yang sangat sederhana.
- Bagi pelancong tentu hostel minim biaya.
Kekurangan dari hostel:
- Tidur dapat terganggu karena tidak ada batasnya ruang privat.
- Keamanan diri dan barang-barang berharga kurang terjaga
- Kamar mandi bersama, harus bergiliran dan tidak privat
- Lokasi yang kadang masuk gang walau di tengah kota
- Bisa tidur bersama tamu-tamu lain, tentu yang bergender sama. Bila ingin sendiri, menempati kamar yang berukuran kecil.
- Umumnya tidak terdapat CCTV (Closed Circuit Television)
- Tidak memiliki manajemen perusahaan. Pemilik langsung berhubungan dengan tamu.
- Tidak memiliki langganan tetap
Para backpacker yang tak mau dipusingkan oleh segala macam administrasi, akan mencari hostel yang pemesanannya dapat dilakukan mendadak atau go show.
Hostel memang diperuntukkan bagi mereka yang berjiwa muda dan menghemat biaya perjalanan.
Bila ingin melancong dengan minim biaya, memilih tinggal di hostel dapat menghemat pengeluaran 50% dari bujet Anda. Namun tentunya pertimbangkan faktor keamanan terlebih dahulu.
Semoga bermanfaat. Salam hospitality.
(*) Catatan: Nama-nama disamarkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H