Namun keinginan kuat mencari ayah menggebu-gebu, tidak disampaikan kepada Rohana. Samin hanya ingin mengarungi lautan, berpetualang, itu yang diucapkan.
Suatu hari, ia memaksa ibunya sejak hasrat mengarungi lautan menggebu-gebu di dadanya.
"Baiklah, Emak ijinkan Samin pergi. Ingat Nak, pulanglah jika urusanmu telah selesai. Emak ingin dikuburkan di desa ini, bila saatnya meninggalkan dunia ini".
Mendengar ucapan sang ibu, hatinya terkoyak. Sedih tapi tak dapat membendung impiannya bertemu ayahnya.
"Samin akan segera pulang, Mak," ujarnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi buta, Emak menyiapkan segala keperluan Samin. Ia membakar singkong sebagai bekal Samin di perjalanan dan sejumlah uang logam yang tersisa dari kantong kain Rohana.
Hancur hati Samin melihat ibunda menitikkan air mata namun maksud gigih mencari ayah, tak terbendung.
Bertemu penolong pertama
Setelah berjam-jam di perjalanan, Samin menemukan perkampungan nelayan. Dari kejauhan tampak para nelayan sibuk mengeluarkan ikan dari jaring.
Samin menepi di bawah pohon kelapa, memakan singkong bakar. Tetiba seorang bapak berkumis mendekati.
"Nak, hendak ke mana?"
"Saya ingin mencari ayah saya, Pak. Kemana saja kaki melangkah asalkan saya jumpa ayah."
"Begini saja, anak muda, ikuti Bapak, akan Bapak kenalkan dengan Mandor Suro." Samin menurut ajakan Pak Poniman.