Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jajanan Bakso, Lirikan Pebisnis Kuliner Sepanjang Zaman!

4 Mei 2021   15:52 Diperbarui: 6 Mei 2021   08:26 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi satu mangkok bakso. Sumber: Shutterstock/bonchan via Kompas.com

"Mas, bakso doang, gak pakai mi!" pinta Ranti

Ranti jajan bakso gerobak yang lewat depan rumah. Mas Jon penjual bakso keliling, langganan Ranti.

Jam-jam lewat di depan rumahnya bisa ditebak, selalu datang pada jam yang sama. Jika lebih beberapa menit, pasti ia disetop langganan lain.

Saat remaja, saya doyan makan bakso. Harga bakso Rp 25 per porsi berisi 10 butir seukuran kelereng. Jika ukuran sedang dapat 5 butir per porsi.

Lima belas tahun berikutnya, tahun 2000-an, tukang jual bakso keliling jarang didapati. Ada, tapi tak banyak. Pedagang bakso beralih membuka warung bakso atau kedai kudapan.

Ada yang menggelarnya di garasi mobil, di paviliun, di rumah tinggal, bahkan di bawah pohon rindang. Saking lakunya bakso jualan Kang Koswara habis terjual dalam 4 jam.

Bakso yang lezat rasanya, cepat dikenal pembeli. Apalagi di tempat yang menetap, bagi pembeli mudah diingat.

"Hemat tenaga juga, Teteh. Kadang muter jauh-jauh, belum tentu ada langganan", begitu alasan Kang Kos.

Pembelinya kebanyakan pegawai kantoran pelajar, mahasiswa, anak-anak, ibu-ibu hingga orang tua.

Rina, kawanku memilih bakso daripada nasi rames untuk makan siang. Baginya bakso pengganti makanan utama. Rina keturunan Betawi asli. Sejak kecil sudah kenal bakso jajanan terfavorit.

Kuliner bakso, dari pedagang keliling, restoran hotel hingga pujasera (foto inews.id)
Kuliner bakso, dari pedagang keliling, restoran hotel hingga pujasera (foto inews.id)

Di Pontianak, ada penjual bakso terkenal. Namanya Mas Edi asal Jawa. Lokasi kedainya jauh dari pusat kota.  Meski warungnya tak berpendingin, tetap saja dipadati pembeli.

Setiap jam makan siang dipenuhi pegawai kantoran. Awalnya diajak seorang kawan ke warung bakso itu, saya mengekor. Saya pikir biasa saja, ternyata luar biasa wow!

Bakso buatan Mas Edi memang maknyus. Harga perporsi Rp 14.000. Rasanya selera asli bakso di lidah orang Indonesia.

Hari pertama berlebaran di Pontianak, 2017

Kini pedagang bakso membuka warung bakso daripada berkeliling mendorong gerobaknya (foto celestineP)
Kini pedagang bakso membuka warung bakso daripada berkeliling mendorong gerobaknya (foto celestineP)

Tiba Hari Raya Idul Fitri di Pontianak, manajemen hotel menerima beberapa undangan silaturahmi dari para pelanggan hotel. Kami pun sibuk mengatur jadwal.

Kunjungan pertama ke tempat Pak Doni, pendatang baru yang ditugaskan di kota itu. Setelah bermaaf-maafan, kami langsung menikmati hidangan prasmanan.

Selain menu prasmanan, tersedia pula 4 food stall  diantaranya bakso yang banyak peminatnya ketimbang menu ketupat sayur, kare sapi, sate ayam.

"Antri bakso, Bu?"

Ya, saya langsung antri kudapan favorit.

Sekitar 30 menit berlalu, kami lanjut silaturahmi ke tempat kedua. Kali ini bertemu pemilik spa. Pak Heru dan istri menyambut di muka pintu.

Setelah bersalaman, seperti biasa langsung menuju meja prasmanan. Saat menyendok nasi, tiba-tiba Bu Heru memberi bakso sebagai menu tambahan. Wah, semakin banyak kami makan.

Para undangan duduk menghadap kebun nan luas dari halaman samping rumah. Saya asyik menyantap kembali bakso porsi kedua.

Kunjungan ketiga, keempat dan terakhir tuntas menjelang petang. Menu hari raya selalu tersedia di meja. Menu permanen yaitu bakso selain ketupat sayur, kare, opor ayam. Wah, makan besar lagi!.

"Sssst... tapi ini sesi terakhir!", ujar kawan serius. Menu bakso tetap disantap, walau perut sudah tak sanggup menampung.

Bagaimana kami menolak? Tuan rumah telah mematok porsi di mangkuk bakso. Tidak menyentuh, tak menghargai tuan rumah. Makan tak habis, pun tak enak.

"Wah, perut saya tak kuat menampung, Bu", ujarku

"Ah, ini porsi sedikit, sila ibu, selamat menikmati", ujar Bu Heru sambil melayani tamu lain.
Kami ngebut makan lalu pamit pulang.

Sepanjang jalan menuju hotel saya irit bicara, pasalnya perut sesak, saking banyak terisi bakso. Hari itu 5 porsi bakso telah kami santap.

"Mengapa bakso selalu tersedia di tiap rumah pada hari lebaran?" tanyaku penasaran.

"Yah semua orang suka bakso. Juga gak ribet buatnya", jawab teman.

Bakso buatan orang Indonesia , bercita rasa khas. (foto pixabay)
Bakso buatan orang Indonesia , bercita rasa khas. (foto pixabay)

Di kota A lain lagi kisahnya. Suatu hari, saya pergi ke pesta pernikahan Mira, hotelier -- staf pemasaran. Karena ini undangan masal se hotel, saya pergi dengan GM bule, Mr. Smith.

Pernikahan Mira & Zaki memakai adat Minangkabau. Kami disuguhi hidangan nikmat khas Minang. Ya, masakan khas Minang enak-enak.

Tak sengaja pula, mataku beralih ke food stall. Beradu pandanglah dengan bakso. Saya ambil secukupnya. Mr. Smith melihatku, lalu matanya melebar. Ia minta diambilkan bakso.

Setiba di hotel ia menyuruh chef membuatkan menu bakso. Penasaran katanya. Jadilah bakso ala chef.

Tak puas dengan racikan bumbu Chef, ia bertanya, adakah jajanan bakso di luar hotel. Serempak kami jawab, "Ada....!".  Ia ingin mencoba cita rasa bakso di tempat lain sebagai pembanding.

Terpincut bakso di undangan pernikahan, akhirnya lahir ide membuat outlet bakso di restoran hotel. Buka pukul 16:00 hingga 21:00.

Promosi bakso pun digelar setiap minggu. Misal hari ini ada promosi bakso keju, minggu depan bakso kerikil bakso mozzarella, bakso moncrot, bakso mercon, dll.

Tak disangka promosi ini booming di hotel. Walau harga selangit, mereka rela antri menunggu tempat duduk yang selalu penuh.

Peminatnya long stay guests, istri dan anak-anaknya yang lumayan banyak termasuk kawan-kawan Mr. Smith, para tamu. Kami tidak sulit mengenalkan bakso padanya. bakso dicampur mi,  bihun, sayuran tauge, caesim.

Kadang ia ketagihan jika lama tak menyantapnya. Maklum ia bule yang baru didapuk regional manajer di hotel itu dan baru pertama kali ke Indonesia. Harus ada gebrakan.

Pujasera, tempat yang pas menjual jajanan bakso. (foto pixabay)
Pujasera, tempat yang pas menjual jajanan bakso. (foto pixabay)

Lirikan pebisnis kuliner sepanjang zaman

Kuliner bakso digemari hampir seluruh kalangan, terutama orang Indonesia. Negri Malaysia, Singapore juga mengenal bakso, tapi bakso asli buatan orang Indonesia, tiada duanya. Enak tenan!

Sesekali menyantap bakso, memancing nafsu makan. Tapi jika menyantapnya 5 porsi dalam sehari? Oh, seperti kisahku di Pontianak.

Ada orang keranjingan meat ball ini. Mereka belum makan bila tak menyantap bakso, seperti Rina yang selalu mencari bakso kemanapun ia pergi.

Inovasi produk bakso selalu berkembang mengikuti zaman. Selain dimakan berkuah, juga dapat digoreng, dipenyet, dicampur sambal dan kecap manis.

Di Palangka Raya terkenal kudapan pentol. Pentol sejenis bakso juga. Keduanya memang olahan bakso, hanya saja pentol ditusuk ala sate. Sejauh ini tercatat lebih dari 50 jenis olahan bakso.

Pentol, baso disajikan ala sate. (foto pixabay.com)
Pentol, baso disajikan ala sate. (foto pixabay.com)

Bakso atau meat ball memang menu populer. Selalu dihidangkan di acara perkawinan, acara ulang tahun, sunatan, arisan ibu-ibu hingga open house hari raya.

Jajanan yang digemari segala kalangan, muda, remaja, tua, wanita, pria, kecuali bayi.

Jakarta, April 2021

Minggu lalu, seorang klien bule, Mr. Ron yang bekerja di Jakarta, tiba-tiba berkirim kabar setelah saya ngelike postingannya di media sosial.

Ia mencari seorang chef untuk usaha pujasera miliknya yang akan dibuka beberapa minggu lagi. Ia memintaku mencarikan chef yang cerdas menghitung food cost juga bertanggung jawab akan cita rasa makanan.

"May I know what kind of food?", tanyaku

"Bakso!", jawabnya. Hehe..ketemu lagi dengan bakso.

"But should be Indonesian taste!" sahutnya lagi, serius.

Maksudnya rasa bakso harus cocok di lidah orang Indonesia, bukan meat ball ala buatan luar negri.

Cita-citanya sederhana saja, ingin agar bakso buatan chef, terkenal. (foto pixabay)
Cita-citanya sederhana saja, ingin agar bakso buatan chef, terkenal. (foto pixabay)

Akhirnya bertemulah dengan chef baru, mengembangkan bisnis bakso. Cita-citanya sederhana saja, ingin agar bakso buatan chef terkenal seperti bakso tradisional. Ia tak kuatir, sebab juru masaknya orang Indonesia asli.

Ia datang untuk berbisnis bakso. Idenya cemerlang, pegawainya orang Indonesia semua. Jika terkenal, namanya bakso ala Mr. Ron. Tapi itu tergantung racikan dan kreasi chef. Saatnya berinovasi di dunia bakso.

Bakso, jadi lirikan pebisnis kuliner sepanjang zaman. Seperti artis Rafael Tan yang asyik berjualan bakso aci. Bakso memang menjadi makanan kuliner khas Nusantara.

Anda tertarik bisnis jajanan ini?

Salam hospitality.

Rujukan:
(*) Bakso Indonesia, Wikipedia

(*) Pujasera, Wikipedia

(*) Cerita Rafael Tan Berjualan Bakso demi Bertahan di Tengah Pandemi, Kompas.com, 15 April 2021

(*) Presiden Hadiri Gebyar Bakso Merah Putih Indonesia Bersatu di Bekasi, www.ksp.go.id, Portal Resmi Kantor Staf Presiden, 4 Maret 2019

Catatan: Nama-nama disamarkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun