Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Strategi Menggairahkan Bisnis Kos-kosan yang Hidup Segan Mati Tak Mau!

2 Mei 2021   12:05 Diperbarui: 3 Mei 2021   02:05 4563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Daripada kamar-kamar ini kosong!", ujar Pak Diki sambil menggendong si senil, chihuahua kesayangannya (foto pixabay)

Saya pandangi bangunan anyar itu. Sepintas layaknya kos-kosan namun dari kejauhan seperti hotel bujet. Hendak masuk, gerbang tertutup. Lho bukankah gerbang hotel selalu terbuka?

"O itu kostel, Kak. Bisa pesan melalui daring. Ada kok di aplikasi tertentu," begitu ujar pemuda di sebrang kostel. Saat itu saya berada di kompleks perumahan.

Dari namanya dapat ditebak, kostel gabungan antara kos dan hotel. Keduanya serupa tapi tak sama. Kesamaannya, menyediakan kamar sebagai sumber utama penyedia jasa.

Belakangan banyak pebisnis hotel melakukan inovasi produk. Memodifikasi jenis usaha seperti capsule hotel, glampcamp (glamour camping), edutel (education hotel) dan kostel. Tentang capsule hotel, sila baca tautannya di Kamar Kapsul Bukanlah Peti Mati

Bagi anak perantauan yang sekolah maupun bekerja, ngekos adalah pilihan tepat daripada tinggal di rumah bude, tante, paman atau saudara sepupu misalnya.

Khusus penduduk Jakarta juga sebagai jurus jitu terhindar kemacetan di jalanan sebelum masa pagebluk. Seperti saya dulu, Senin hingga Kamis tinggal di kos. Jumat hingga Minggu pulang ke rumah di Bintaro. Lumayan, hemat tenaga.

Saya tak sendirian, beberapa teman kos juga penghuni di hari kerja, walau bayaran tetap penuh 30 hari.

Inovasi rumah kos dan hotel menjamur di mana-mana, terutama bidikan target kota-kota besar.

Seolah bisnis kostel menyedot pasar hotel bujet. Bahkan karena harga kamar di bawah kelas hotel bujet, maka kostel menjadi serbuan konsumen berikutnya. Beti, beda tipis.

"Kalau gak menyesuaikan diri terhadap pasar, kita rugi Kak," ujar Pak Adi, pemilik kos 20 kamar yang pernah saya tempati.

"Daripada kamar-kamar ini kosong!", ujar Pak Diki sambil menggendong si senil, chihuahua kesayangannya (foto pixabay)

Beberapa hari kemudian, tampak Adi sedang mengawasi pegawainya, memasang papan reklame situs web miliknya di halaman rumah. Situs web itu untuk pemesanan online kostel.

Tak kalah cerdik, seorang pemilik kos persis disebelah rumahnya, melakukan kerja sama dengan pengusaha agen online. Wah, persaingan bisnis mulai muncul.

"Daripada kamar-kamar itu kosong," ujar Pak Diki yang selalu menggendong si senil, chihuahua kesayangannya suatu hari.

Diki membayar 3 orang pegawai yang menetap di kostel. Bila seorang bertugas menyambut tamu, yang seorang lagi mengerjakan laundry. Begitulah mereka bekerja mengurus kostel yang memiliki 25 kamar.

Namun kini jumlah pegawai bertambah seiring membludaknya pemesanan kamar melalui daring sejak perubahan status kostel. Diki mengatur tugas karyawan, jadwal kerja dan libur, mengontrol kebersihan kostel.

"Ia takkan ganggu, Kak. Jarang menggongong!" jawabnya saat saya tanya apakah si senil yang loba gaya itu mengganggu penghuni.

Pekerjaan tambahannya, memeriksa menit ke menit pergerakan booking online. Berapa estimasi jumlah kamar yang terisi hari itu. Diki harus teliti, cermat. Jika tidak, kamar penuh, sementara pemesanan antre. Risikonya over booked.

Untungnya lokasi kedua kostel yang bersebelahan itu dekat dengan gedung perkantoran, kampus, dan kuliner. Tak heran, masa wisuda, kostel selalu fully booked.

Diam-diam saya memperhatikan kesibukan mereka. Beberapa hari setelah pemasangan reklame, muncul hal tak terduga, penyewa bulanan menjadi terganggu, termasuk saya. Pasalnya tamu yang check-in pukul 23:00, 24:00 mengganggu ketenangan jam istitrahat.

Keluhan itu ditanggapi Pak Diki. Sejak itu, jika ada tamu check-in larut malam, pegawai melarang obrolan atau ketawa cekikikan.

Mari kita cermati lebih dekat bisnis ini. Bisnis kostel menjadi incaran pebisnis muda?

Seorang kawan, Jessi, memiliki sebidang tanah luas yang dilengkapi 50 kamar dengan lokasi yang dapat diakses dari segala jurusan. Fasilitas standar; tempat tidur, kamar mandi, lemari, meja dan kursi, listrik, TV, AC, jadilah kostel.

Kamar kos yang disulap menjadi kamar kostel (foto pixabay)
Kamar kos yang disulap menjadi kamar kostel (foto pixabay)

Bagaimana membangun bisnis kostel?

Bisnis kostel termasuk wilayah perhotelan. Pelanggannya, mereka yang bersedia membayar bulanan, mingguan yang disebut long staying guest juga pelanggan harian.

Langkah pertama, menghitung biaya per kamar agar kamar layak dijual. Jessi harus mendapatkan cost of room. 

Cost of room atau biaya per kamar, salah satu indikator penting untuk menentukan harga kamar. Menentukan berapa harga kamar yang layak dijual.

Perhitungan room cost ini hanya spesimen belaka. Dianggit oleh Celestine Patterson
Perhitungan room cost ini hanya spesimen belaka. Dianggit oleh Celestine Patterson

Sila perhatikan perhitungan sederhana pada foto di atas. Ini hanyalah spesimen. Tentu tidak mudah mempelajari room cost dengan hanya membaca saja. Perlu penjelasan detail.

Ini hanyalah sekadar gambaran kostel yang memiliki 50 kamar, room boy 8 orang dan kondisi upah di kota B. Semoga jelas.

Jika harga jual dilevel Rp 250.000 net/kamar/malam, maka cost sebesar Rp 60.413/kamar sudah menutupi biaya amenities, termasuk listrik, air, gaji karyawan atau sebesar 29% dari harga kamar.

Bila ingin menekan cost, harga kamar harus lebih tinggi. Namun ingat...

Menaikkan harga mudah saja, tapi tengok pasar dan kostel tetangga, apakah harga kamar terlalu tinggi atau terlalu murah. Jangan-jangan tamu tidak melirik karena harga yang tak masuk akal.

Misal harga kamar hotel bintang 2, Rp 300.000 sementara kostel dijual sama. Boleh-boleh saja, asalkan kostel Anda memiliki USP, unique selling point sebagai added value yang membedakan dengan kostel lain. Selalu harus ada alasan untuk melangkah, setuju?

Semakin tinggi harga kamar, maka persentase profit akan tinggi.

Formula:

Room cost = Total room cost/kamar : harga kamar (net, sudah dipotong pajak)

Biaya kamar melambung seiring pergantian tahun. Kenaikan harga-harga mengikuti harga gas, internet, air, listrik, beban yang harus dibayar kostel.

Harga kamar yang telah dipatok (static) pemilik, akan tersisih dari pasar. Dari segi pemasaran dipandang bagai hidup tak mau, matipun enggan. Karenanya sistem operasi harus mendapatkan suntikan vaksin. Caranya?

Salah satu cara dengan mengikuti sistem pemesanan kamar via daring. Harga yang dinamis menjadi pemikat pasar.

Pemesanan melalui daring sangat kuat dampaknya terhadap bisnis kostel. Pak Adi dan Pak Diki telah melakukan langkah tepat. Mereka membaca market yang bergejolak.

Kostel yang asri, menarik, akan mengundang banyak pelanggan. (foto pixabay)
Kostel yang asri, menarik, akan mengundang banyak pelanggan. (foto pixabay)

Bagi pemilik kos yang menghadapi kondisi lesu, mari gairahkan bisnis Anda! Banyak cara menuju momen gemilang. Asalkan Anda membuka wawasan, luwes. Apalagi di masa hawar ini.

Pusat perhatian saat ini adalah bagaimana memasarkan produk secara masif, selain mengandalkan cara penjualan tradisional juga cara pemasaran melalui daring.

Saat Ratih kos di Jakarta Barat, harus membayar Rp 2,6 juta per bulan. Ketika melihat aplikasi agak terkecoh, harga kamar dijual Rp200.000 per malam. Wow!

Dalam dunia pemasaran, strategi ini disebut yielding. Seni memainkan harga pada waktu dan kondisi tertentu. Saya menyebutnya seni, art. Salah satu seni menjual untuk memikat pembeli.

Keberadaan kostel yang menjamur setelah situs web dibenahi, akhirnya ikut menaikkan pasar konsumen. Termasuk memilih partner operator pemesanan via daring.

Saya pernah tinggal di tempat khusus kos, juga pernah di kostel. Menurut pengamatan, yang membedakan kostel dengan kos-kosan adalah:

a. Kostel dibantu pemasarannya oleh website yang apik, digital marketing, aplikasi online, travel agent online, dll.

b. Menyimpan deposit sebagai jaminan sebesar 1 kali harga bulanan.

c. Peraturan ketat yang membawa dampak positif bagi penghuni atau tamu. Terjamin keamanannya.

d. Kebersihan lebih terjaga karena petugas membersihkan secara teratur

Ratih di kamar kostel (ilustrasi pixabay)
Ratih di kamar kostel (ilustrasi pixabay)

Itulah sekilas pengetahuan tentang bisnis kostel sekaligus memahami room cost serta besaran keuntungan dari harga jual.

Sekarang Anda telah paham bahwa room cost atau biaya sebuah kamar kostel sangatlah penting untuk menentukan harga kamar ideal.

Bila Anda tertarik menggeluti bisnis ini, mulailah belajar, pahami secara benar dan detail. Lebih baik merintis dari bawah hingga paham benar, daripada mengurus bisnis besar tapi tidak mendalam.

Bila Anda pemilik kos, ayo upgrade bisnis anda menjadi pebisnis kostel yang cakap!

Inovasi produk memang dibutuhkan pada zaman now. Pemilik kos tradisional lambat laun tersaingi kostel yang jaringan pemasarannya meluas. Jangan gentar, buka wawasan Anda, belajar memahami dengan benar.

Anda tak cukup hanya memasang papan reklame di kos. Pemesanan kamar via internet akan turut menyertai kemajuan bisnis kostel. Pahami pula pengetahuan dasar dunia hospitality. Kenapa tidak?

Bagaimana, Anda tertarik bisnis ini? Atau niat membenahi bisnis kos Anda?

Semoga bermanfaat dan salam hospitality.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun