Semasa kecil, ayah kerap mengajak saya berkeliling. Berkunjung ke rumah kawannya, pesiar, naik kereta api, hingga melancong ke luar kota.
Di perjalanan, saya bertanya tentang segala hal sambil makan permen cecak. Ia menerangkan dengan jelas.
Menginjak dewasa, saya gemar tamasya sendirian, apalagi bila ayah ke luar kota. Hobi melacak tempat asing, tak pernah terlewat. Ada keasyikan tersendiri.
"Miss, saya antar ke hotel, siap?" , ujar Sanjaya, sopir yang baru kukenal dari seorang kawan. Ia menjemputku di bandar udara Internasional Kuching, Sarawak.
Setiba di hotel, ia memberikan kartu nama. "Miss kontak saye jika perlu" , katanya lagi sambil menyodorkan kartu nama.
Saya pikir ide bagus sebab saya ingin berkeliling di Kuching. Maklum pertama kali menginjak tanah Kuching. Saya menyanggupi, ia tersenyum senang.
Keesokan harinya, saya siap mengitari kota. Dari kejauhan Sanjaya datang dengan mobil merah marun, bersih nan mengkilap.
Beberapa tempat wisata ku singgahi, semua pembayaran telah disepakati berikut sewa mobil selama 8 jam. Saya mengunjungi Kuching Waterfront, Museum Kucing (cat museum), Fort Margherita, Taman Nasional Lahan Basah dll.
Menjelang petang, rasanya tenaga sudah terkuras. Saya pamit pada Sanjaya.
"Miss, boleh jumpa esok hari?", tanyanya.
"Saye dah usai esok, Bang" , sahutku
"Tak ape, no payment, saye nak beri komplimentari", ujarnya sambil tersenyum nakal