Seperti yang diceritakan Dena, ia dipaksa mengikuti keinginan tamu, diperlakukan tak senonoh. Ada saja pengguna jasa yang bandel. Namun setidaknya dengan data KTP/Paspor dalam sistem komputer, terapis menjadi aman dan terlindungi.
Anggapan publik bahwa terapis pijat adalah modal skill belaka sama dengan mengecilkan profesi ini. Banyak sekolah terapi pijat menjamur, berlomba memberikan produk jasa yang semakin unik, menarik.
Para terapis perempuan akan menerima jaminan keamanan dalam bekerja bila hotel benar-benar ketat menerapkan peraturan.
Terapis yang berada dalam area tanpa aturan ketat, rentan terhadap pelecehan seks (sexual harassment). Agar terlepas dari tindakan ini, mereka harus dibekali pengetahuan dan diberi perlindungan.
Pelecehan seksual pada kaum perempuan dapat terjadi dimanapun. Namun mencegah lebih baik daripada mengobati.
Demikian para terapis pijat hendaknya membekali diri agar:
a. Memahami etika.
Bertutur kata sopan tanpa menyinggung perasaan tamu. Menolak secara profesional.
b. Berpakaian seragam rapi dan profesional
Terapis perempuan memakai seragam layak, tidak memancing hasrat syahwat pelanggan.
c. Berkepribadian tegas
Perangai lembut namun bersikap tegas
d. Paham cara menyelamatkan diri jika diserang secara fisik
e. Tidak menerima iming-iming atau hadiah apapun dari tamu, kecuali uang tip
f. Mampu menjelaskan bahwa anda sebagai pekerja, bukan untuk melayani keinginan hasrat seseorang.
Jangan lagi berkata bahwa pekerjaan terapis adalah profesi picisan. Mereka dididik melalui pelatihan dan level pendidikan formal.
Di masa hawar ini, sudah barang tentu permintaan menurun disebabkan sentuhan fisik dan resiko tinggi terhadap penularan.
Seorang kawan di Bali terbang ke Rusia untuk mendalami ketrampilan terapi pijat. Siapa yang menduga jika ia terbang ke Rusia?
Pahamilah profesi mereka sebagaimana profesi lainnya. Jangan pandang sebelah mata. Terapis pijat juga profesi yang membanggakan jika dilakukan dengan benar.
Selamat memperingati hari Kartini!
Salam hospitality.