"Itu belum termasuk tip, Bu" , ujar Ratih
Profesi tukang pijat memang tidak populer. Lain burung lain belalang, lain dulu lain sekarang. Di Hotel, profesi ini sama keberadaannya dengan staf waitress, housekeeping, laundry, dll.
Anda boleh memicingkan sebelah mata terhadap terapis pijat. Namun ketahuilah, pencapaian melesat dari bisnis terapi pijat menimbulkan persaingan ketat. Masing-masing hotel bersaing memunculkan produk ngetren sesuai jaman.
Puncak prestasi terapi pijat dan terapis
Peluang ini ditandai kesempatan merebut penghargaan dari asosiasi, komuniti atau sebuah perusahaan besar di luar negri. Tim pemberi penghargaan ini memberikan apresiasi kepada terapi pijat dan terapis unggulan.
Inilah tanda sebagai puncak pretasi, berkompetisi dalam ajang lomba merebut piala penyandang kategori tertentu.
Di Indonesia, tahun 2018, dua hotel di Pulau Bali berhasil dalam pencapaian ini. mengikuti ajang bergengsi merebut The World Spa Awards Winner Trophy.
Untuk wilayah Asia tahun 2018 tersedia award The AsiaSpa, Spa of the year - Southeast Asia & the Pacific, Pemenang kategori Men's Spa of the year dimenangkan The Ritz-Carlton Spa dan The Ritz Carlton Milenia Singapore.
Sedangkan dari Indonesia, Bali menjadi duta, penghargaan Eco-Hotel/Resort of the year dimenangkan Fivelements. Award Hotel/Resort of the year dimenangkan Ayana Resort and Spa. Tak ketinggalan The Spa at The Edge Bali pemenang untuk Haute Grandeur Global Spa Awards 2018.
Puncak prestasi dari seorang terapis pijat ditandai dengan banyaknya pelanggan yang ingin memakai jasanya.
Saya selalu ingin dipijat Dena, terapis pijat senior di salah satu hotel, Jakarta. Beberapa kali kunjungan ke spa itu membuat saya ketagihan. Pijatannya lembut tapi jari menari keras. Tak heran bila Dena menjadi rebutan para pelanggan.
Ratih, Dena adalah terapis pijat masa kini. Mereka berseragam, beratribut hotel namun tak jarang mengalami perlakuan tak senonoh.