Sekitar 10 menit ia kembali ke meja. Raut wajah sedikit kusut. Saya mengira ada sesuatu dengan sang bos. Karenanya saya mengalihkan obrolan tentang keluarga daripada perihal pekerjaan.
Kami hanyut lagi dalam percakapan. Ray mengulang pernyataannya ingin menjalin hubungan serius, artinya hari itu saya sah menjadi kekasihnya.
Namun beberapa menit kemudian terjadi hal mengejutkan. Saat Ray hendak beranjak ke toilet, kursi mengenai sang waiter yang hendak menuang air.
"Oh sorry, My apologize, Sir!" waiter langsung meminta maaf setelah teko berisi air putih tumpah mengenai lengan panjangnnya.
"How come!" ia menjawab. Selanjutnya dengan kata-kata tidak ramah, ia memarahi pramusaji.
Saya menyela perkataannya, 'is ok, itu kan air putih" . Bukan air kopi, air jus melon atau red wine.
Ia tak mau menerima alasanku. Saya menunduk malu sebab kita berdua menjadi pusat perhatian.
"Mas, maaf ya, dia sedang ada masalah di kantor" , saya mewakili Ray, meminta maaf. Toh itu bukan kesalahannya semata.
Ray tak terima saya meminta maaf. Raut wajahnya tampak geram. Saya terdiam sambil memainkan gawai. Kencan pertama berantakan gegara tumpahan air putih dalam 2 detik.
Detik-detik selanjutnya, saya hanya terdiam, enggan berbantah dengannya. Percakapan pun terasa hambar, pahit. Saya menjawab seperlunya saja. Ray mencairkan suasana dengan candaan tapi saya kok jadi ilfeel.
Melihat saya terdiam, ia membaca raut wajahku berubah drastis.