"Januari, Bu"
"Itu kan sudah naik"
"Iya sih Bu, tapi kecil banget," begitu tambahnya
Permintaan pun berakhir tanpa solusi. Masih banyak hal yang perlu dikonfirmasi kepada HRD.
Sebetulnya, pantas gak sih kita minta naik gaji?
Tidak tinggal diam, saya menelusuri lembaran appraisal dan track record Ratna. Ratna rajin, pintar, mengerjakan tugas dengan baik. Namun tabiatnya mudah tersinggung, judes, sering bete.
"Show me the result then you will get it" teringat nasehat bos.
Kerja setengah mati, tapi perusahaan gak mau tahu, lalu bagaimana?
Kita semua paham, besaran kenaikan gaji, tergantung appraisal performance. Yang sulit dinilai, bila tidak berdasar appraisal.
Kenaikan gaji yang sama rata, tidak memicu persaingan. Bahkan akan mendatangkan kebosanan, tidak kreatif. Padahal persaingan sehat akan mendukung masa depan karyawan.
Adapun perusahaan yang tidak menaikkan gaji bisa jadi karena alasan internal. Misalnya karena target tidak tercapai. Apa hendak dikata jika demikian.
Berapa pun gaji kita, bila tak pandai mengatur akan berakhir menyedihkan. Seperti Ratna yang ngambek. Pasalnya gaji yang pas-pasan digunakan membayar cicilan mobil. Nah lho? Kan gak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Tentu saja defisit setiap bulan.
Yang bergaji besar merasa kurang, yang bergaji kecil, meratap. Tidak ada ukuran baku, kapan seseorang puas terhadap gaji yang diterimanya.